Selasa, 16 September 2008

ASDOM + NARKOBA (3-Tamat)


Setelah berlelah2 mencari alamat rumah si Ilyan, akhirnya gue dapet juga keluarga si Ilyan. Dasar......... udah jadi budak narkoba! Minta alamatnya susah bener yak?! Gue udah 2 kali dibohongin, untung gue ngak bego2 amat untuk langsung percaya. Alamat pertama dia kasih di daerah Dramaga/Dermaga - Bogor dekat kampus IPB. Anehnya gue langsung curiga, jangan2 ini mah tempat 'para teman2 setannya berkumpul'. Langsung aja gue gertak, tapi masih juga berkelit mencari2 alasan untuk tidak memberitahukan alamat rumahnya. Alasan yang dipakainya ialah karena takut ketahuan orang tuanya. Hohoho......justru orang tuanya dong yang nomor satu kudu diberitahu. Kali kedua adalah ketika Ilyan memberikan nomor2 telpon yang ternyata udah tulalit. Idiiiiiiih kalo ngak karena Tuhan dan ingat saat2 si Ilyan minta tolong, gue mungkin udah menyerah ngkali. Akhirnya dengan kekuatan doa dan kerjasama yang baik dengan mas Yanto dan Hj. Endang dari pesantren 'Nurul Jannah' akhirnya Ilyan menyerah.

3 hari kemudian, setelah gue mencari2 waktu yang tepat dan setelah berdebat dengan suami gue yang tercinta (laki gue yang tercinta akhirnya mengakui bahwa dia sebenernya ngak rela gue berlelah2 ngurusin si Ilyan, selain karena kerjaan gue sebagai ibu rumah tangga takut terbengkalai secara finansial juga keluarga gue lagi kudu hemat luar dalam --- cerita ini akan gue kupas tersendiri nanti), gue dengan kak Tikus Mondok atau biasa dipanggil T'Mon (dia adalah sahabat gue lahir batin) dan Keke (gadis manis yang sedang dalam 'asuhan' gue --- cerita ini akan gue kupas tersendiri lagi nanti) bersama2 sejak jam 8 pagi bersiap2 mencari alamat rumah Ilyan yang ternyata ada di desa Ciasmara, +/- 20 km dari Dermaga. Jauh? BANGET!!!! Kira2 ada ngkali 3-4 jam dari Jakarta. Masuk ke pedalaman Bogor. Jalanannya walaupun udah pada di aspal tapi pada ompong2 jadi ada di beberapa titik gue kudu mengalah demi angkot bisa lewat tanpa harus membuat para penumpang menjerit2 ketakutan. Pemandangan? Benar2 menghibur. Udara masih bersih dan dingin. Gue sampai mematikan AC mobil karena udara cukup sejuk (padahal sih maksudnya supaya bisa hemat bensin gitu loh, hehehehe).

Walaupun selama perjalanan terasa nyaman dan santai namun sebenernya dalam hati gue dag dig dug ngak karuan rasanya. Gue bingung mau ngomong apa. Ini perasaan gue:

1. "Gue udah janji untuk tidak memberitahukan orang tua Ilyan mengenai keadaan si Ilyan, tapi sekarang gue koq malah mencari orang tua/keluarga si Ilyan yah? Inikah yang dinamakan mengkhianati?"
2. "Tenang.......tenang....... gue sudah melakukan apa yang benar. Dalam kasus2 seperti ini menolong nyawa lebih penting daripada hanya sekedar menjaga nama baik".
3. "Gimana yah orang tua si Ilyan nanti? Kalau ada yang sakit jantung/pingsan gue bisa repot"
4. "Jangan2 ini alamat palsu".

Wah...pokoknya gundah gulana dah judulnya.

Sesampainya kita disana. Semua ternyata lancar2 saja. Alamat langsung didapat bahkan ada orang yang langsung mengantarkan kita ke tempat kakaknya. Kakaknya yang bernama Santi tidak percaya dengan penjelasan gue bahkan seluruh kampung sampai pada ngeriung di depan rumah Santi untuk mendengarkan sendiri kebenaran cerita Ilyan. Akhirnya setelah berbicara selama 1 jam lebih, kita pamit minta diri. Santi berjanji untuk datang ke Jakarta melihat sendiri adiknya yang sedang dirawat di Cikarang pada hari minggunya.

Hari Minggu, gue dan T'Mon menjemput Santi dan Ichsan, suaminya, plus Ferry, anaknya yang masih berumur 4 tahun di stasiun Djuanda. Dari sana kita langsung menuju Cikarang. Oh Tuhan........ ternyata Cikarang jauh pun! Udara panas, debu terbang kemana2 dan teriknya matahari itu loh yang bikin mata cepet capek. Ngomong2 gue nyetir sendiri pula, soalnya si T'Mon kagak bisa nyetir. Akhirnya setelah 3 jam (gue nyasar jek), kita sampai di pesantren Nurul Jannah.

Pesantrennya sih kecil namun asri. Pak Hj. Endang adalah seorang bapak yang berkharisma. Kebaikan hatinya benar2 terpancar dari wajahnya, pembawaanya lucu, santai namun berwibawa. Nurul Jannah ternyata salah satu dari pesantren terbaik yang diakui oleh BKKBN sebagai tempat rehab alternatif selain Abah Anom. Pasiennya banyak dan beragam. Ada yang sakit HIV - Aids, kanker otak, kecanduan narkoba alias sakaw berat dan syaraf terganggu. Namun semua penyakit ini biasanya dicetus oleh kecanduan narkoba.

Ilyan yang sudah dirawat disana selama sebulan lebih terlihat lebih gemuk sedikit, putih, cantik dan manis dengan jilbabnya. Bener2 ngak kelihatan sebagai pencandu narkoba lah pokoknya. Hati gue sampai berbunga2 penuh syukur melihat perkembangan Ilyan. Oh Yesus, Kau benar2 menjawab doaku. Ilyan menyambut rombonganku dengan malu2 dan airmata bahagia. Keluarga Ilyan langsung masuk ke kamar Ilyan untuk pembicaraan dari hati ke hati, sedangkan gue dan T'Mon sibuk makan di luar bareng pak Hj. Endang yang cerah ceria (kebetulan hari itu adalah hari pengajian bersama, makanya ada acara makan2 bersamanya).

Setelah puas bertangis2an, Santi langsung diajak berbicara oleh pak Haji mengenai Ilyan. Pak Haji memerlukan persetujuan dari keluarga Ilyan jika Ilyan ingin terus dirawat di tempat itu. Anehnya, mereka menolak. Gue sampai bingung dengan cara berpikir mereka. Padahal boleh dikatakan si Ilyan mendapatkan perawatan gratis jika ia tetap disana. Lagipula pesantren ini udah berpengalaman dan mempunyai sarana menghadapi pecandu narkoba bahkan yang sudah tertular HIV Aids. Dan sebenernya, untuk dapat dikatakan sembuh diperlukan waktu 6 bulan sampai 1 tahun masa rehab. Lah ini baru sebulan lebih, koq keluarganya udah minta dibawa pulang? Emangnya mereka bisa dan sanggup ngurusin si Ilyan? Apalagi si Ilyan khan ada resiko penyakit Hepatitis dan HIV-Aids. Menurut Santi dan Ichsan, Ilyan akan mereka masukan ke pesantren terdekat dan akan mereka jaga supaya tidak keluar kemana2. Hah?!!! Segampang itukah solusinya? Jika segampang itu tempat rehab ngak perlu lagi dong? Gue sampai geleng2 kepala. Ilyannya sendiri mau pulang atau enggak? jelas dia minta pulang dong. Ngapain juga tinggal di pesantren yang seperti penjara (ini sih kata Ilyan sendiri), khan lebih enak tinggal di rumah.

Dengan keukeuh surekeuh merekeuh, keluarga Ilyan memaksa Ilyan untuk dibawa pulang. Ya udah..... dengan terpaksa (padahal pak Haji udah susah payah merayu, membujuk bahkan sampai agak2 memaksa --- doi sampai ngeluarin surat2 kepercayaan dari kepolisian dan buku2 bergambar tentang penyakit Aids, agar Ilyan mau dirawat disana) pak Haji dan gue merelakan Ilyan dibawa pulang keluarganya. Kecewa? Anehnya koq ngak juga ya.......pokoknya gue, Reki, bu Ince, T'Mon, Yanto, Haji Endang dan teman2 MP (yang udah bantu doa dan semampunya) udah berusaha sekuat mungkin untuk menyelamatkan Ilyan. Masalah si Ilyan mau sembuh atau tidak, itu semua adalah rencana yang maha kuasa. Mungkin saja, Ilyan memang sudah kapok dan sembuh namun mungkin juga Tuhan mau pakai orang lain untuk menyembuhkan si Ilyan ini. Whatever it is, we've tried our best! Gue rela.

Buat teman2 MP yang pengen tahu pesantren Nurul Jannah ini alamatnya: Jl. Swadaya 10, Cikarang (dekat markas tentara samping stadion mini). Mudah2an info ini bisa berguna untuk para MPers yang memerlukan bantuan tempat rehab.

Catatan:

* Pesantren ini BUKAN tempat berobat secara jasmani namun secara rohani saja. Disini adalah tempat rehab khusus untuk pecandu narkoba yang ingin bertobat namun sulit atau tidak tahu bagaimana caranya untuk berhenti padahal kepengen berhenti.
* Sekarang tempat ini sudah tidak menerima pasien perempuan. Ilyan adalah pasien perempuan yang terakhir disini.
* Cerita ini merupakan sambungan dari jurnal gue yang judulnya "Ada seekor ular berbisa di bawah kasur gue selama 3 bulan dan gue ngak tahu!" dan "Ada seekor ular berbisa di bawah kasur gue selama 3 bulan dan gue ngak tahu!"

LINK postingan cerita ini di:
http://omotusair.multiply.com/journal/item/49
http://omotusair.multiply.com/journal/item/46
http://omotusair.multiply.com/journal/item/47


*Terima kasih atas kebaikan hatinya memberi link ceritanya*

ASDOM + Narkoba (2)


Terima kasih buat teman2 yang sudah turut empati dan simpati dengan kasus Ilyan ini. Sebelum gue cerita tentang keadaan Ilyan sekarang ada baiknya gue cerita lagi mulai dari sambungan jurnal kemarin (ini buat catatan gue aja koq sekalian juga untuk memuaskan beberapa teman yang penasaran dengan akhir cerita si Ilyan ini).



Gue bener2 serba salah. Satu sisi niat gue mau nolong tapi setahu gue kredibilitas seorang pengguna (bukan eks pengguna loh ya!) narkoba itu patut dipertanyakan. Jadi walaupun si Ilyan udah bilang mau berhenti tapi yang tahu Ilyan serius dengan niatnya apa nggak ya cuma diri dia sendiri dan Tuhan. Untuk mengetes keseriusannya gue minta Hpnya (karena HP adalah sarana komunikasinya dengan sesama pemakai + bandarnya dan gue pengen memutus hubungannya dengan mereka) dan persediaan barang yang masih dia punya. Dengan berat hati (dan gue tahu bener kalau Ilyan ngak rela) si Ilyan menyerahkan Hpnya lengkap dengan 3 chip nomor kartunya. Wah....... udah seneng nih gue, apa artinya si Ilyan udah bener2 pengen berhenti. Waktu gue tanya persediaan barangnya, dia jawab, “Persediaannya sih udah habis, bu. Saya sudah terakhir pakai 2 minggu yang lalu, jadi saya rasa saya sudah sembuh”. HAH?!!! Cepat amat sembuhnya? Lagipula patokannya dia apa koq bisa bilang udah sembuh? Kadang gue berpikir, apa si Ilyan anggap gue gampang dikibulin atau jangan2 dia emang naif, gue bener2 ngak tahu. Lalu gue minta dia untuk berjanji akan rajin sholat dan berhenti pakai narkoba lagi, yang langsung diiyakan olehnya. Dan ditambah lagi gue ajak dia berdoa bersama setiap hari sesuai dengan kepercayaan masing2 untuk memohon kekuatan supaya bisa memutus rantai setan ini. Walaupun keadaan awal terlihat menjanjikan niat kesembuhan Ilyan namun at the end, akhirnya emang gue cuman dapat jawaban 50-50 tentang keseriusan si Ilyan.



Kecurigaan gue akhirnya terbukti, 2 hari kemudian si Ilyan gue ketemukan dalam keadaan berjongkok di tempat gelap sambil bengong2 sendirian (asli persis seperti ayam sakit tetelo). Seharian itu Ilyan berubah2 terus moodnya, kadang dia bisa mohon maaf karena malu dengan gue, kadang gue yang dimaki2 karena sok tahu mau ngatur kehidupannya. Bingung? Ya, jelas dong....... gue mana punya pengalaman ngurus korban narkoba, kalau cuman nanganin remaja putus cinta, kabur dari rumah, berantem dengan orang tua, selingkuh atau suami istri ngak cocok sih udah biasa, tapi kalau korban narkoba eng....ing....eng........ gue asli cuman ngandelin Tuhan dan insting doang. Ya udah, karena niat gue awalnya adalah menolong artinya gue musti bener2 nolong sampai sebatas kemampuan gue, mau si Ilyan sembuh apa tidak itu semua gue kembalikan ke Yang di Atas.



Langkah awal gue adalah mencari orang yang kompeten buat nolong ini anak. Karena jelas bukan kapasitasnya gue untuk menangani masalah ini. Anehnya, gue bisa tiba2 diingatkan kepada seorang sahabat keluarga, Recky, yang emang terjun dibidang penanggulangan korban narkotika. Begitu mendengar gue meminta tolong masalah narkoba, Recky langsung terbang ke rumah gue padahal baru saja pulang dari Malang (Bener2 salut gue ama bapak 2 anak ini dalam kegiatannya memberantas narkoba, padahal sebenernya bapak ini amat sangat super sibuk karena dia harus mengurus perusahaan jasa perparkiran, jasa sekuritinya, maintain hubungan dengan anak2 asuhnya dan keluarganya juga dong --- thanks ya Reck!).

Balik ke Ilyan, begitu tahu gue cari bantuan ke Recky, si Ilyan langsung bersikap defensif. Namun dasar Recky ngak ada matinya, dia bisa aja ‘masuk’ ke level pemikiran si Ilyan, yang langsung membuat si Ilyan jadi feel comfortable ke dia. Singkat cerita, Recky memantau perkembangan si Ilyan sambil mencari rumah detox yang murah namun baik buat Ilyan. Tahu ngak, rumah detox itu ternyata ngak ada yang murah. Semua hitungannya udah jutaan. Waktu gue denger harganya jut-jutan gue sempet pengen mundur aja karena sebenernya gue juga bukan orang kaya berkelimpahan materi apalagi Ilyan juga cuman pembokat doang oy! Tapi setelah gue pikir2, kasihan juga si Ilyan. Masak hanya orang kaya aja yang boleh sembuh! Lagipula, gue khan harus komit dong dengan niat awal gue masak gue mundur hanya karena gue musti mengeluarkan duit sekian juta? Ini khan nyawa orang jekk........ Duit hilang bisa dicari, nyawa hilang dimana carinya? Ya udah setelah gue berembuk dengan suamiku yang tercinta, akhirnya kita sepakat untuk menolong Ilyan walaupun artinya kita harus hidup lebih hemat lagi dan bekerja lebih keras lagi. Gue percaya, Tuhan pasti akan membukakan jalan buat umatNya yang mau bekerja demi kemuliaanNya (buktinya gue dikirimin si Recky waktu gue bingung menghadapi Ilyan, gue juga dapat suami yang baik dan penuh pengertian + keluarga gue selama ini baik2 saja walaupun Ilyan sudah 3 bulan bekerja buat gue. Amin).



Setelah seminggu Recky berhasil mendapatkan sebuah rumah detox yang cukup baik dan relatif murah untuk Ilyan. Ilyan kita titipkan di sebuah klinik yang namanya “rumah Kemang”. Sebenarnya ini bukan klinik khusus detox namun klinik ini menyediakan layanan detox. Harga selama Ilyan tinggal disana adalah hampir Rp. 4.000.000,- untuk waktu seminggu. Mahal? Ada lagi yang lebih mahal, di daerah Cilandak ada sebuah klinik detox khusus wanita harganya Rp. 10.000.000,- untuk 5 hari. Mungkin ada sih tempat lain yang lebih murah sayangnya gue ngak tahu dan Recky juga ngak tahu. So, whatever come first. Yang penting Ilyan harus diselamatkan dulu. Sang pemilik “rumah Kemang” untungnya adalah seorang ibu yang penuh kasih, gue diperbolehkan membayar dengan jalan mencicil. Thanks berat bu Ince.



Nah...........selama seminggu si Ilyan di rumah Kemang, gue dan laki gue bisa tidur nyenyak. Sebelumnya kita seperti orang yang hidup ketakutan mulu. Rumah tidak pernah ditinggal pergi oleh gue dan laki gue, si Rascha asli ngak boleh dipegang lagi sama Ilyan (waktu itu si Ilyan belum test darah, jadi kita belum tahu apakah si Ilyan bebas dari hepatitis ataupun HIV), pintu depan-samping-atas selalu gue kunci dan kuncinya gue yang pegang. Pokoknya gue ngak akan membiarkan si Ilyan kabur sebelum waktunya.



Setelah seminggu, gue ditelepon oleh rumah Kemang, yang menanyakan kelanjutan treatment Ilyan. Kelanjutan treatment? Langsung gue panik (soalnya artinya musti keluar biaya lagi dong). Lagi2 untung ada Recky dan ibu Ince. Ibu Ince menawarkan solusi untuk menitipkan Ilyan ke Cikarang. Disana ada pak Hj. Endang yang sudah pernah merawat beberapa anak korban narkoba dengan biaya seadanya semampunya. Dan menurut ibu Ince, hasilnya juga cukup baik. Aneh sekali...........proses Ilyan ke rumah rehab (yang ternyata adalah sebuah pesantren --- walaupun pak Haji ngak mau bilang itu pesantren) ternyata berjalan mulus. Langsung hari itu juga si Ilyan dijemput ke Cikarang oleh salah seorang santrinya pak Hj. Endang, Yanto (yang ternyata adalah anak asuhan rumah Kemang, korban narkoba, yang berhasil sembuh dan sekarang menjadi tangan kanan pak Hj. Endang). Puji Tuhan!!!



So........ sekarang Ilyan ada di Cikarang. Di Cikarang, pak Hj. Endang selalu mengajak Ilyan untuk bersholat dan membicarakan pendalaman agama. Walaupun menurut Yanto, Ilyan masih belum kerasan, namun kata Yanto dulu sewaktu dia masih dalam posisi Ilyan dia juga melakukan hal yang sama. Jadi, gue rasa ini hanya fase yang harus dilalui Ilyan. Keadaan Ilyan baik2 saja walaupun menurut pemantauan Yanto, masih 50-50 kemauan sembuhnya. Sempat telpon ke rumah gue beberapa kali sambil merengek2 minta pulang namun gue terpaksa mengeraskan hati demi kebaikannya. Pokoknya selama pak Haji Endang merasa Ilyan belum stabil dan memberi izin, gue ikut keputusan pak Hj. Endang.



Well......... gue, laki gue, Recky, ibu Ince, Yanto dan keluarga pak Hj. Endang sudah dan akan selalu berusaha yang terbaik buat kesembuhan Ilyan namun jika memang tidak mau disembuhkan, gue yakin kita semua tidak akan sakit hati ataupun berharap banyak dengan pengorbanan kita selama ini. Yang penting we’ve done our best. Untuk itu gue mohon bantuan doa dari teman2 MP untuk mendoakan Ilyan dan anak2 yang kurang beruntung lainnya supaya mendapatkan kekuatan untuk bebas dari jeratan kuasa gelap narkoba. Mohon doa juga untuk orang2 yang hidupnya didedikasikan demi negara kita bebas dari narkoba.



Oh ya, untuk menjawab pertanyaan beberapa teman yang heran kenapa gue ngak ke polisi, ini nih jawabannya: Bayangkan, bagaimana seandainya Ilyan adalah saudaramu/ anakmu/ pasangan hidupmu yang selama ini kabur dari rumah, minta tolong tapi akhirnya malah dijebloskan ke penjara? Tidakkah Anda berharap mereka ada yang menolong dan mengembalikannya kepada keluarga Anda? Apalagi Ilyan sudah dengan jujur mengakui perbuatannya dan meminta tolong untuk dibantu untuk sembuh, apakah Anda tega menyerahkannya ke polisi untuk dihakimi dan diinterogasi? Yang penting khan menyelamatkan masa depannya dulu, jika memang akhirnya Ilyan sadar tentunya dia akan dengan senang hati membantu polisi tanpa harus melukai jiwanya (menurut Recky, ada beberapa anak korban narkoba, yang sudah sembuh, yang akhirnya menjadi informan polisi). Gue bukannya anti polisi loh, polisi itu PENTING sekali perannya dalam masalah narkoba hanya saja kita bisa membantu polisi tanpa harus menjadikan si korban sengsara khan? Aduh.......gue jadi ngelantur sendiri.



Intinya adalah jika kita masih bisa membantu maka membantulah, namun jika kita tidak sanggup ya cari bantuan lainnya. Namun jika tidak ada bantuan sama sekali maka cepat2 pecat karyawan semacam itu, jangan ditakut2i untuk dibawa ke polisi takutnya nanti malah dia tersinggung dan nanti malah bawa teman2nya untuk nyatronin rumah kita, hiiiiiiiiiiiii............serem.

Asdom + Narkoba (1)


Selama hidup gue yang baru sepotong ini, baru kali ini merasakan hidup dalam teror mental. Teror fisik, mental dan perasaan? Yup. Bayangkan Anda tidur dengan seekor ular berbisa di bawah kasur Anda. Walaupun tidak diketemukan oleh Anda namun Anda tahu pasti ada seekor ular di bawah sana karena banyak yang sudah melihatnya dan mereka menjerit-jerit meminta Anda pergi dari situ. Yah...... kira2 begitulah yang gue rasakan selama seminggu (21/09/06 sampai 27/09/06).

Sudah 3 bulan ini, gue merasa mendapatkan jackpot karena telah mendapatkan seorang pembantu idaman yang selama ini gue cari. Rajin, asertif, pro aktif dan tidak rewel sama sekali, pokoknya dia OK banget dah! Rasa2nya Too good to be true deh, dan ternyata emang benar feeling gue (feeling so good!). Sang pembantu, Ilyan (nama samaran --- dia minta namanya dirahasiakan, malu katanya), tiba2 minta berbicara berdua saja dengan gue. Kaget? Jelas dong, langsung semua indera gue bergetar2 menahan perasaan (biasanya kalau pembantu udah 3 bulan minta bicara pasti artinya adaaaaa aja alasannya untuk minta berhenti). Akhirnya kita ke kebun untuk berbicara.

Selama 5 menit awal kita cuma ngobrol ngalor ngidul mulai soal jerawat sampai soal kesehatan, dan perlahan2 gue mulai merasa bahwa Ilyan sebenernya punya maksud lain cuma berat buat dia untuk mulai. Gue pancing2, akhirnya doi buka mulut. Ternyata, doi minta tolong. Minta tolong untuk disembuhkan dari kecanduan narkoba. JRENG........ JRENG....... JRENG......... gue sampai kaget dan sempat tidak percaya dengan pengakuannya yang super polos itu.

Ilyan, 19 tahun, asal Bogor. Gadis hitam manis, yang selama ini gue kenal sebagai anak yang rajin, pro aktif, asertif, biasanya ceria (sebenernya moodnya tidak dapat ditebak --- kadang ceria, kadang jutek berat) koq bisa2nya jadi pencandu narkoba? Ternyata dari ceritanya, doi sudah memakai narkoba sejak doi berumur 13 tahun. 13 TAHUN? JRENG...... JRENG...... JRENG.......(lagi) gue nyaris pingsan nahan perasaan. Jadi udah 6 tahun ini doi make barang2 jahanam itu. Langsung gue tanya bagaimana caranya dia bisa make tuh barang sejak di rumah gue. Jawabannya benar2 menghancurkan hati. Doi nelpon teman bandarnya (make Hpnya sendiri) untuk supply barang ke rumah gue saat gue sekeluarga sedang keluar rumah. Gile benerrrrr. Gue kecolongan. Cara supplynya, si bandar ngelempar tuh barang lewat pager depan rumah gue atau kadang diselipin di ceruk pohon depan rumah atau kadang nunggu di pos hansip pas depan rumah gue. Hebat ngak tuh cara kerjanya. Asal tahu aja, semua pembantu gue ngak ada yang boleh keluar pagar rumah kecuali untuk buang sampah, belanja sayur dan nyapu halaman. Akses telpon juga dibatasi tapi percuma lah sekarang...... pembokat masa kini semua udah pada punya HP sendiri2. Hebatnya lagi, tuh bandar narkoba domisilinya khan di Bogor koq bisa2nya ke Jakarta demi ngempanin Ilyan doang dan pasnya lagi koq bisa saat gue sekeluarga ngak ada di rumah (gue jarang keluar rumah, biasanya kalau gue keluar laki gue yang di rumah dan biasanya kalau kita pergi paling lama cuman 2 – 3 jam doang). Dasar kalau emang udah niat semua juga bisa diterabas. Oh Tuhan.........

Marah, kecewa, sedih, takut dan panik. Semua perasaan negatif langsung nyerbu sekaligus. Saking datangnya berbarengan gue sampai ngak tahu musti berbuat apa. Tapi...... dalam hati terdalam ada rasa kasihan ngelihat anak ini. Gimana ngak kasihan coba, umur masih muda, masa depan masih panjang, doi udah nelen harga dirinya dengan mengaku ke gue secara terus terang (ini point yang bikin gue kagum ama dia) dan bukankah ini sama dengan jeritan minta tolong?

Dengan memasang muka poker, gue tetap memancing apa yang dirasakannya sampai sekarang. Dari ceritanya, gue jadi tambah patah hati mendengarnya. Ternyata Ilyan adalah anak 3 dari 4 saudara seorang pengusaha meubel mapan di daerah Bogor. Sejak kecil Ilyan merasa tidak dicintai oleh kedua orang tuanya. Menurut ceritanya, sang ortu hanya menyayangi anak I dan IV saja (cowoq). Sedangkan dia dan kakak perempuannya hanyalah warga kelas 2 dalam keluarganya. Ibunya hanya ikutan bapaknya saja. Jadi, saat Ilyan mulai sadar akan perbedaan sikap ortunya (waktu umur 12-13 tahun), Ilyan menjadi kecewa dan frustasi karena tidak ada tempat untuk mengadu. Oh ya, Ilyan sebelumnya bersekolah di Tsanawiyah setempat yang cukup baik. Tetapi mulai dari sanalah juga dia mengenal teman2 sekolahnya yang ternyata adalah pencandu dan bandar narkoba. Di saat2 usia remajanya yang memerlukan pengakuan dan penerimaan itulah Ilyan mulai mengenal narkoba. Barang pertama yang dipakainya adalah obat (kalau ngak salah BK). Sekali dipakai rasanya langsung enak, jadi lebih berani, dan bawaannya jadi asyik banget gitu loh (ini sih katanya Ilyan sendiri). Sejak saat itu setiap kali di rumahnya terjadi pertengkaran, Ilyan akan melarikan diri ke daerah Dermaga* (pos ngumpulnya anak2 ‘terbang’). Di situ dia bisa nginap sampai berhari2 sampai harus dipanggil pulang oleh ibunya. Yang akhirnya sampai di rumah malah jadi perkelahian dan akhirnya Ilyan kabur lagi ke Dermaga. Benar2 lingkaran setan!

Setelah beberapa kali kabur akhirnya Ilyan benar2 kabur meninggalkan rumah dengan jalan merantau ke Jakarta. Di Jakarta, Ilyan kerja serabutan. Kadang jadi penjaga toko, pembantu rumah tangga atau jadi pelayan kantin. Namun semua pekerjaan itu umurnya tidak bisa lebih panjang dari 10 bulan. Gimana bisa lebih dari 10 bulan, lah wong masih jadi pemakai begitu loh. Rata2 Ilyan keluar dari pekerjaannya karena di pecat atau karena Ilyannya sendiri yang minta keluar karena sakaw. Selama waktu Ilyan tidak bekerja, dia ditampung oleh temannya (sesama pemakai) yang tinggal di Tanah Abang*. Nah looooo.......... Di sana resume narkobanya semakin bertambah panjang. Mulai dari BK, Rohypnol, Magadon sampai akhirnya putauw dengan cara nyuntik beramai2 sudah dilakukannya. Gue sampai bergidik dengernya. Bayangkan selama 3 bulan ini artinya gue sekeluarga sudah hidup dengan orang yang beresiko menularkan penyakit Hepatitis dan HIV dong.........tapi demi supaya si Ilyan merasa nyaman menceritakan semua beban hatinya selama ini gue tetap harus menjaga ketenangan hati gue. Dalam hati, gue udah berserah sama Tuhan. Kalau mau mati mah tidak harus karena Hepatitis ataupun AIDS, ketabrak mobil atau tiba2 kompor meleduk juga bisa, ya udah gue berdoa dalam hati supaya Tuhan yang bekerja dalam masalah ini.

Balik ke cerita Ilyan. Menurut Ilyan, dia pengen berhenti tapi susah banget. Bujukan dari teman2nya lebih kuat dan dia benar2 tergantung dengan penerimaan teman2nya itu. Ah elo ngak asyik kalo ngak make, Il atau payah lo make begini aja ngak berani, demikian biasanya hasutan teman2nya itu setiap kali Ilyan menolak memakai ‘barang2 jahanam’ itu. Konyolnya lagi si Ilyan benar2 tergantung sama pendapat teman2nya itu, jadilah Ilyan sibuk membela teman2nya kalau gue bilang kalau teman2 macam itu sebaiknya ditinggalkan. Bener2 pusing gue.

Gileeeee panjang amat cerita gue. Nanti ah berlanjut di jurnal selanjutnya. Tapi kalau ada yang mau sumbang saran dan ide untuk bagaimana menghadapi Ilyan, gue akan sangat berterima kasih.

Catatan:

* Dermaga adalah sebuah daerah di Bogor yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya bandar2 narkoba. Gue tahunya juga dari si Ilyan.

* Tanah Abang juga notoriously known as pusatnya narkoba di Jakarta.

Kamis, 17 Juli 2008

Asisten ...oh ... Asisten


Buat para ibu-ibu yang bekerja diluar rumah, pasti dech yang namanya asisten rumahtangga itu jadi masalah yang mulek terus
Dulu waktu baru 7 bulan menikah, aku memutuskan buat nyari asisten. Sebenarnya sih pekerjaannya nyaris gak ada.
Yang masak ya..aku..., dia nyuci juga 2 hari sekali dan nyetrika 1 minggu sekali, maklum dirumah baru berdua suami aja.
Keberadaannya memang cuma untuk jaga rumah disiang hari...
Eh, entah emang belum pengalaman punya asisten, 1 bulan dia kerja dirumah telpon rumahku jebol Rp.4,5 juta !
Dia ternyata sering telpon ke 'dokter suara' dan sepertinya gak tau kalo' bayar tlp itu mahal...ampun dech !

Cukup sebulan dia kerja, dan dia minta berhenti sendiri. Percuma juga minta ganti sama dia, mau kerja berapa tahun ?!

Asisten yang kedua adalah asisten yang kayaknya gak akan aku lupa seumur hidup. Dia lulusan pesantren.
Hmm...klo magrib dia mengaji, suaranya ... Masya Allah bagus sekali..., selain itu orangnya mau belajar. Dia minta ijin agar bisa kuliah Tafsir Quran di Pusdai sini. Katanya cuma dia yang pembantu , yang lainnya mahasiswa semua .
Dia ikut kami dari aku hamil hafidz 4 bulan sampai Raihan berumur 3 tahun , hampir 4 tahun !. Buku-buku tentang perkembangan anak dan bayi tamat dia baca, aku tidak perlu repot-repot menerangkan hal-hal tentang anak.
Namun justru karena dia mulai tahu cara mendidik anak yang benar membuat dia ingin pulang untuk mengasuh anaknya .
Anaknya kebetulan seumuran Hafidz. Dan dengan berat hati tentu saja, aku lepas dia

Beberapa asisten sesudah itu hanya bertahan 6 bulan sampai 1 tahun. Dan kemudian aku mendapat asisten yang lumayan juga bekerja sampai hampir 3, 5 tahun yang akhirnya pulang juga karena suaminya dikampung sudah tidak mengijinkan dia bekerja.

Setelah itu asistenku adalah seorang anak perempuan lulusan SMA di Bandung ini. Hmm..lebih tepatnya teman main Hafidz dan Raihan aja, karena aku juga gak tega mempekerjakannya lama-lama. Berkali-kali aku menyuruhnya melamar karena sayang
dengan ijasah SMA-nya itu. Akhirnya dia bisa bekerja di sebuah Hypermart di Bandung.

Terakhir sekitar 7 bulan yang lalu, asisten baruku seorang gadis yang hmmm...tiap malam nangis mau pulang karena kangen neneknya !
Berhubung sudah pengalaman nih , aku kasih pengertian tentang pentingnya kerja keras, tekad dll.
Eh, akhirnya dia betah sekali kerja dirumah...
Sedang betah-betahnya dirumah, eh..bibinya menelpon dan mengabarkan neneknya yang sakit berat. Akhirnya terpaksa kulepas juga
dia pulang..., hmm...memang orangnya melankolis, waktu pamit ke Raihan-pun dia nangis

Tinggallah aku yang kelabakan dirumah...
Baru melahirkan dan masa cuti sudah hampir abis eh...si asisten pulang...
Ya..sudah dilakoni aja dan tebak siapa yang jadi pahlawan ??
Hafidz ..
Hmm..dia dengan sabar mengayun-ngayun kereta bayi Faiz saat aku menyetrika...
Dia dengan sabar mengambilkan popok dan peralatan lain saat aku teriak-teriak minta diambilkan..padahal saat itu dia sedang asyik
bermain dengan Raihan...
Hmm...kata siapa nih anak laki-laki tidak pengertian...., ternyata si sulung benar-benar my hero dech....

Nah, dari pengalaman punya berbagai macam asisten, aku dapat menyimpulkan nih
1. Sebenarnya tidak begitu pengaruh pendidikan terakhir seorang asisten tapi yang penting dia cerdas atau tidak (ini kan tidak berbanding lurus dengan pendidikan tertinggi kan ).
2. Pandangan pertama itu ternyata sering tepat, kalau saat pandangan pertama kita-nya sudah srek biasanya memang akan cocok.
3. Punya asisten ilmunya harus pinter tarik ulur, ada saatnya kita begitu permisif dengan kesalahannya tapi ada saatnya kita bertindak tegas.
4. Jadikan asisten itu benar-benar partner kerja bukan pembantu, karena disadari atau tidak memang posisinya sama-sama butuh.
5. Kalau bisa, jangan beda-bedakan dia dalam soal makanan dengan kita karena dengan begitu dia merasa di-aku.
6. Pada saat-saat luang, boleh dech kita beri dia pandangan, nasihat dan wawasan sehingga ada nilai tambah bagi dia dengan bekerja pada kita.
7. Dari awal bekerja, sudah kita tanamkan prinsip bahwa yang paling utama bagi kita adalah KEJUJURAN. Jelaskan bahwa kita bisa mentolerir apapun kesalahannya selama dia jujur dan berusaha tidak mengulangi.
8. Dari awal tanamkan padanya bahwa dia bekerja,dimana dalam bekerja ada hak dan kewajiban. Jelaskan bahwa kita-pun dikantor posisinya bekerja dimana ada hak dan kewajiban pula.
9. Sekali-kali mintalah pendapatnya kalau mau mengambil keputusan, dan kalau memang baik kita bisa lakukan pendapatnya itu.
10. Terakhir, untuk kita sendiri tanamkan bahwa seorang asisten pasti punya kesalahan, selama kita dapat menerima kesalahannya, maka jangan
berfikir untuk menggantinya karena kita toh tidak akan dapat seorang asisten yang sempurna.

Nah, selama ini aku selalu bersikap seperti itu dan Alhamdulillah asisten-asisten yang pernah bekerja denganku selalu berakhir dengan baik dan
rata-rata bekerja cukup lama. Memang sih kadang-kadang ada juga yang begitu nyebelin. Yah, seperti poin 10 tadi, kalau kita tidak bisa terima
tinggal dipulangkan secara baik-baik sebelum kesalahannya merusak mood kita sepanjang hari...
Selamat berburu asisten ..hmm...aku juga nunggu lebaran nih, akankah asistenku bisa kembali atau tidak ?!


ditulis oleh Yenny. S
diposting di: http://yennys.multiply.com/journal/item/75
foto ngambil di google.com

Rabu, 16 Juli 2008

Mbak Kun ... Ohhh!



Sabtu kmaren Mbak Kun PRT yg jaga Kavin pulang kampung… mestinya sih Sabtu depan pas aku mo ke JKt rencananya… but dianya gak sabar pengen pulang aja katanya mo pijet n pengen istirahat…. Ya udah kalo gitu aku gak bisa maksa….n Kavin terpaksa diasuh de Sol (PRT senior di rumah..) lagian kan sabtu2 aku ngatornya setengah hari aja…

Dari kantor aku telp de Sol… dia bilang Mbak Kun dah pulang n cuma bawa 1 tas aja.. but pas de Sol ngajak Kavin main ke blakang rumah, tetangga blakang rumah crita kalo subuh2 si Mbak Kun dateng nitip tas gede… n omong kalo ntar mo diambil….
Trus pas de Sol buka lemari si Mbak Kun ternyata smua bajunya gak ada termasuk baju baru yg aku kasih kmarenan…

Rasanya aku pengen marahhh aja… knapa si Mbak Kun gak jujur kalo gak balik lagi… padahal selama 2 bln ikut aku dia juga gak nampak kalo gak betah… malah kalo ma Kavin dia ok bgt… makanya aku kasih hadiah baju baru…
But, sbenernya aku juga sedikit curiga krn sekitar seminggu lalu di ditelp cowok yg ngaku2 adiknya.. n setelah itu Mbak Kun ribut maksa minta pulang…. Kalo adiknya bener sih gak papa but kalo cowoknya ???
Emang sih bukan urusan aku but wajar kan kalo aku kuatir.. soalnya Mbak Kun tu orangnya tu alim, sholatnya kenceng.. gak pernah maen lagi…

Tadi pagi pas aku jalan2 ma Kavin gak sengaja ketemu ma tetangga yg PRTnya seangkatan ma PRTku Mbak Kun n kebetulan dibawa oleh org yg sama Walni namanya orang Kaliangkrik Magelang… n ternyata Prtnya juga pulang sabtu kmaren n gak balik lagi…. Trus lagi sebelumnya PRTnya juga ditelp ama cowok bebrapa kali…

Nah looo aku jadi curiga ma Walni… pa mungkin yg telp tu suami Walni, krn Walni pernah crita kalo si suami kerjanya cari org kampung buat dijadiin PRT n si Walni ini yg ngedarin ke org2….

Sebel deh kalo gini.. kalo emang bener brarti aku dah 2 kali dikibulin Walni.. yg pertrama si Mbak Kar (betah 5 bln trus pulang krn kawin…) n si Mbak Kun itu…. Yg betah cuma 2 bln…..
Sialan bgt tu Walni…. Bayangin dah makan dhuwit brapa aja dari org2 kompleks-ku…. 1 orang PRT dia minta ongkos 100 rebu… skali masuk kompleks-ku dia bawa 10 org… n ini udah berlangsung sekitar setaunan.. tiap 3 or 4 bln dia dateng bawa orang2 buat dijadiin PRT… but PRT2 itu paling lama ikut org di kompleks-ku paling lama 5 bulan….

Puji Tuhan aku masih punya de Sol… PRT mamaku sejak aku belum married dulu… setia banget orangnya n kebetulan juga Kavin nurut n mau ma de Sol…
Emang sih bener yg dikatain Mom… di milis WRM kmarenan (sori lupa namanya) ‘servant’ jaman dulu tu rata2 setia banget.. seperti de Sol itu…

Yah, sekarang aku kudu ati2 lagi kalo mo ambil PRT….n ati2 ama org seperti Walni…
Kata my hubby sih… mungkin emang gitu caranya Walni cari dhuwit, habis kalo gak gitu kan dia gak punya dhuwit… biarin aja… gak usah diambil pusing..pokoke ntar kalo si Walni dateng lagi bawain PRt baru jangan mau….

Or, mungkin PRT2 pada pulang krn mo ikut audisi Reality show terbaru-nya SCTV kali, ya... Ari Wibowo cari PRT... gajinya 10 jt sebulan... he...he...he.... kalo ini sih aku juga mau !!

PS: Buat yang baca jurnal ini, aku cuma mo pesen ati2 aja ma PRT, jangan sampe dikibuli seperti aku... emang susah sih kalo pilih2 PRT... maunya sih kita dapet yg ok but ternyata kalo dah ok n kita ngerasa sreg.. pergilah dia.... kudu sabar kali,ya... n PRT kayanya sih masalah klasik n setiap org mungkin pasti ngalamin...

Take care all !!


ditulis oleh Oetji
diposting di http://oetjipop.multiply.com/journal/item/35/PRT_oohhhhh_PRT
gambar diambil di SINI

Joyce!


Ini adalah kisah salah satu dayang2ku semasa aku masih remaja dulu. Namanya Wati tapi karena bekerja di Jakarta namanya jadi Joyce. Kenapa namanya jadi Joyce? Begini ini ceritanya......

Wati ini orangnya super duper lugu dan boleh dikatakan agak2 terlambat sedikit prosesor otaknya dalam mengolah data yang masuk. Sejak awal masuk kerja, si Wati sudah mengezoutkan kami sekeluarga dengan tingkahnya yang bisa bikin antara mau marah dan ketawa.

Tugas pertama:

Wati, sepatu dibersihkan ya...... Dengan gesit dan sigap Wati langsung masuk ke dalam area rak sepatu dan bersih2 dengan riangnya sambil berdendang kecil. Nyokap sih saat itu sempat menengok pekerjaannya dan karena dilihatnya Wati begitu tenggelam dalam pekerjaannya menyemir sepatu maka nyokap merasa si Wati ini pasti jago sekali mengurus sepatu. Dibiarkanlah si Wati bekerja dengan santai sampai tiba saatnya gue harus berangkat ngeles piano, setelah terbirit2 berganti pakaian (gue terkenal sebagai miss late saat itu), gue langsung pakai sandal tanpa sempat memperhatikan apa yang terjadi. Sesampai di mobil, gue merasa heran koq sandal hitam gue yang bahannya dari kulit balik terasa lepek dan terlihat berminyak. Begitu dipegang........astaga sandal gue habis dihajar dengan semir sepatu hitam milik bokap!!! Bayangkan teman2, sepatu yang bahannya dari kulit balik khan seharusnya dilap dengan lap lembab dan cukup dianginkan saja. Nah ini dia nih si Wati, ternyata semua sepatu DAN sendal dihajar habis dengan semir sepatu, tidak perduli apakah bahannya dari kulit ataupun plastik. Mau marah tapi koq ya geli mau ketawa tapi koq ya miris. Yah....begitulah balada si Wati di hari pertamanya kerja di rumahku.

Tugas kedua:

Wati sudah bekerja selama 6 bulan di rumah. "Wati, pergi ke gang sebelah ya..... panggil Wawan (supir bokap), 30 menit lagi siapkan mobil", perintah bokap gue. Wati langsung pergi ke gang sebelah yang cuma berada pas di belakang rumah gue untuk menyampaikan pesan bokap (zaman itu belum ada telpon genggam). 10 menit berlalu sampai 30 menit (biasanya bolak balik dari gang rumah gue ke gang sebelah cuma 5 menit doang), ditunggu2 si Wati koq ngak pulang2? Baru saja salah satu dayang senior rumahku yang namanya Mak Pon (ini asli orangnya galak dan disiplin) mau menyusul, tiba2 dari ujung gang terlihat pak Wawan menuntun si Wati yang sedang menangis sesengukan. Gemparlah seluruh rumah, dikiranya si Wati ditabrak motor atau mau diculik orang. Ngak tahunya......."Ini si Wati tadi aku lihat lagi nangis pas di depan gang VII (rumahku gang V tempat pak Wawan nongkrong gang IV), aku kira dia disuruh nyonya beli telor di gang VII tapi terus diganggu anak iseng. Yah, aku hampiri dia malah nangisnya makin kencang. Aku juga tidak tahu kenapa bisa begini?", kata pak Wawan ikutan bingung. Setelah segelas teh manis hangat dan bujuk rayu kata2 yang menenangkan si Wati akhirnya bisa berhenti menangis. Ini jawabannya, "Maaf bu, tadi saya nyasar". Koq bisa nyasar? khan setiap hari kamu lewat situ?", tanya nyokap. "Habis tidak ada tukang bajajnya, jadi Wati tidak tahu musti belok dimana", jawab Wati dengan lugunya. Gubrak!!! Nyaris semuanya terpelanting karena menahan perasaan antara geregetan, geli nahan ketawa, takjub (koq bisa2nya ada orang nyasar padahal dalam sehari 3-5X si Wati ke gang IV untuk manggil pak Wawan dan tukang bajaj yang dimaksud rupanya adalah pangkalan bajaj, yang kebetulan sedang kosong hari itu) campur lega. Oalah.......Wati!!! Bisa2nya nyasar sampai ke gang VII? Bener2 deh ini anak! Nyokap tadinya sempat curiga dengan Wati, jangan2 dia janjian dengan temannya di sana, tapi kecurigaan itu langsung dibantah pak Wawan yang rupanya dari awal sudah memperhatikan Wati sejak si Wati memanggilnya dari gang IV. Menurut pak Wawan, Wati itu dari tadi kelihatannya memang bolak balik antara gang IV sampai gang VIII, tapi karena pak Wawan berpikir si Wati memang lagi disuruh si Nyokap untuk nunggu atau nyari tukang sayur keliling maka pak Wawan diam saja sampai si Watinya nangis sendiri di gang VII. Setelah beberapa hari kemudian gue tanya lagi, kenapa si Wati udah tahu nyasar tidak balik aja ke tempatnya pak Wawan. Jawab Wati, aku juga lupa dimana tempatnya pak Wawan. Matilah awak...... mendengar jawaban mengharubirukan kalbu macam itu! Aduh pokoknya si Wati ini orangnya panikan dan sekali panik otaknya langsung hang.

Karena tingkah polahnya yang super duper bikin perasaan antara rindu dendam, haru biru, pap pap cuwaououwouw nyaris setiap harinya maka gue mendaulatkan dia dengan nama kehormatan Joyce. Dengan nama Joyce diharapkan Wati mampu menyebarkan keceriaan dalam hidup setiap manusia yang ditemuinya. Nama itu ternyata TEPAT sekali! Joyce benar2 jaminan mutu di kala hidup terasa suntuk. Ada Joyce pasti ada tawa. Wati juga rupanya senang dengan nama itu (mungkin dipikirnya supaya mirip artis sexy Joyce Erna zaman dulu, hehehehe) ah....pokoknya cocoklah!

Oh ya.....saat Joyce mulai kerja usianya baru menginjak 16 tahun (saat itu gue masih 14 tahun). Suatu hari, saat itu Joyce sudah berusia 18 tahun, tiba2 dia ketahuan masih suka ngompol saat tidur. Waduh saat itu jahilnya gue langsung kumat, si Joyce gue godain (dikitikin) sampai akhirnya dia ketawa dan ngompol lagi di celana. Sejak saat itu, si Joyce tidak diperbolehkan ketawa sampai geli sama nyokap karena biasanya pasti akan ngompol setelahnya. Tapi nyokap tidak berdaya karena gue dengan cerdiknya bisa mengakali si Joyce untuk tertawa tergeli2 sampai ngompol berkali2 tanpa sentuhan fisik (nah.....rupanya disitulah bakat gue sebagai tukang bercanda dan tukang ngocol diasah). Pokoknya si Joyce ini jadi bulan2an gue dah sampai akhir gue lulus SMA!

Si Joyce tidak pernah marah apalagi tersinggung karena dikerjain sama gue dan adik gue. Walaupun gue dan adik gue sama2 jahil tapi kita tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap Joyce apalagi sampai merendahkan martabatnya sebagai manusia. Di mata kami si Joyce adalah teman, saudara dan tolok ukur candaan kami. Kalau si Joyce bisa ngompol artinya candaan atau kekonyolan kami pasti TOP punyalah! Besoknya langsung dipraktekan ke sekolah, hehehehehe................

Joyce bekerja cukup lama. 9 tahun lamanya ia bekerja untuk keluarga gue. Sampai sekarang tali silaturrahmi diantara kita masih ada. Setiap Lebaran pasti si Joyce main ke Jakarta untuk bertemu kami sekeluarga dengan keempat anaknya. Joyce oh....Joyce.... kenangannya terlalu dogol untuk dilupakan.

Kekonyolan2 si Joyce:


* Menabrak benda yang sama selama bertahun2, padahal benda itu tidak pernah berubah tempat dan selama ini tidak pernah pula ada yang pernah menabraknya apalagi sampai berkali2. Benda itu adalah METERAN LISTRIK rumah gue. Padahal tempatnya cukup tinggi tapi anehnya si Joyce hobby bener menjedutkan kepalanya pada sisi meteran listrik itu.

* Pergi ke pasar dengan pak Wawan tapi pulangnya sendirian sambil berjalan kaki dan nentengin beberapa tas plastik belanjaan dari pasar. Padahal pasarnya lumayan jauh (dari Pasar Petojo sampai ke bawah jembatan Tomang jek! --- lumayan bikin jari kaki jadi jempolan semua). Ketika ditanya, kenapa pulang sendirian. Dia menjawab karena mobilnya tidak ada di tempat parkir seperti biasanya, maka Joyce pikir jangan2 pak Wawan meninggalkannya untuk pulang sendirian. Tinggallah pak Wawan menunggu kayak orang gila di pasar sampai sore menunggu Godot eh....Joyce yang udah enak2an di rumah sambil memijit kakinya yang pegal2. Nyokap baru tahu bahwa pak Wawan masih di pasar setelah pak Wawan menelepon dari pasar. Coba.....mau marah gimana terhadap hantu blau ini. Si Joyce pikir tempat parkiran itu khusus punya pak Wawan, jadi kalau pak Wawan ngak di tempat artinya pak Wawan pasti udah pulang. Padahal pak Wawan cuma parkir satu baris di belakang barisan yang biasa didapatnya, mungkin hari itu parkirannya penuh. Dasar Joyce kacau!!!

Karena semua kehangatan dan kedogolan Joyce, kita sekeluarga jadi jatuh cinta pada anak itu, terutama si nyokap. Buat nyokap, si Joyce itu pembantu idamannya. Tidak perlu terlalu pintar tapi yang penting mau bekerja rajin dan mau diajari. Itu aja! Makanya sepeninggalan Joyce, si nyokap kadang suka latah manggil semua dayang2 barunya dengan nama Joyce.

ditulis oleh Ria Sutomo
diposting di http://omotusair.multiply.com/journal/item/82/Balada_pembantu-pembantuku_bagian_ketiga
foto nyomot di SINI

Gloria!


Ini cerita salah satu dayangku yang paling konyol. Namanya Minarni, usia 15 tahun, tapi maunya dipanggil Gloria. Alasannya, "kalau ibu/bapak panggil minta dibukain pintu dari pagar khan kedengarannya keren tuh didengar tetangga dibanding kalau dipanggil Minarni/Mina/Narni". Padahal nama itu tadinya cuma buat bercanda aku, Rascha, susternya Rascha dan dia sendiri. Ngak tahunya Minarni suka sekali dengan nama itu sampai2 di kampungnya pun dia mau dipanggil Gloria sampai sekarang.

Nama Gloria awalnya muncul gara2 Minarni suka dengan nama2 jkeren teman2ku yang ada di buku telpon, ada Agatha, Christina, Fransisca, Magda, Valeria, Patricia, Theresia, Willhelmina dan lain2. Suatu hari Minarni bilang, "Bu, saya mau ganti nama. Tapi bingung mau pilih nama yang mana ya? Tadinya Mina mau nama yang seperti di buku telpon teman2 Ibu. Namanya sih bagus2 tapi susah hafalnya bu... Ibu bisa bantu pilihkan nama untukku? Yang gampang diingat dan keren yah namanya".

"Kenapa kamu minta ganti nama? Emangnya kamu tidak suka dengan namamu sendiri?", tanyaku sambil tersenyum2 geli memandang mata bulat polosnya.

"Aku sih suka dengan namaku tapi kalau udah kerja di kota khan harus ganti nama biar nanti kalau pulang kampung selain bawa uang aku juga bawa nama. Wah.....bayangin aja bu pasti keren deh kalo Mina nanti pulang dipanggil Christina misalnya. Lagipula kata emak, Mina harus pulang bawa nama bagus". Mendengar penjelasannya yang polos dan salah kaprah itu langsung aku dan susternya Rascha tertawa terpingkal2 dan Rascha yang saat itu masih berumur 3 tahunpun juga jadi ikut tertawa (padahal Rascha juga ngak ngerti kenapa mama dan susternya pada tertawa geli).

Akhirnya ditengah2 tawaku, kulontarkan nama Gloria karena nama itu lumayan nyentrik dibandingkan nama2 yang ada di buku telponku. Lagipula artinya Kemuliaan. Cocok khan dengan permintaannya. " Nah mulai sekarang namanya Gloria yah..... ok Glo?", godaku. Suster Rascha sampai lari ke WC saking gelinya menertawakan Mina yang dengan antusias langsung setuju dengan nama itu. Padahal pada kenyataannya nama panggilan yang sering dipanggilkan kepadanya adalah Gloglo, hehehehe.......... dan dia tidak pernah sadar. Akhirnya melekatlah nama Gloria pada Mina sampai sekarang, bahkan terakhir kudengar saat ia berusia 17 tahun ia mau nama yang tercantum KTP adalah Gloria. Ada2 saja!

Suatu hari susternya Rascha tanya, "Bu, kalau menurut perhitungan Cina, saya termasuk shio apa yah?".

"Shio itu apa sih, Mi?, tanya Gloria kepada Tami.

"Shio artinya kamu lahir dibawah pengaruh binatang yang berkuasa saat itu", demikian penjelasan sok tahu Tami kepada Gloria yang mengangguk2 dengan wajah takjub, tanda tetap tidak mengerti tapi tidak mau mengakui bahwa dirinya tidak mengerti. "Shio itu ada 12 macam, ada anjing, babi, ular, naga, kelinci, macan, kuda, tikus, monyet, ayam, kambing dan kerbau kalau ngak salah ya bu?", jelas Tami.

"Aku shio apa bu?", tanya Gloria ikut2an.

"kalau dihitung2 kamu shio ayam, Tami dan kamu shio kerbau, Gloria", jawabku menahan tawa melihat kedua dayangku yang centil2 mengharukan.

"Ah aku tidak mau shio kerbau ah! Gendut dan bulunya kayak sikat", cetus Gloria.

"Lalu Gloria maunya jadi shio apa?", tanyaku.

"mmmm......shio ubur-ubur aja deh!", jawab Gloria yakin yang disambut dengan takjub oleh aku dan Tami.

"Glo, kamu koq pilihnya ubur-ubur sih? Emangnya kamu tahu apa itu ubur-ubur?", tanya Tami disela-sela tawa gelinya. Dan aku sudah tertawa sampai terduduk di lantai.

"mmmm..... habis kayaknya ubur-ubur itu binatangnya keren sekali. Buktinya kata nyonya (nyonya = nyokap/mamaku) masakan ubur-ubur itu makanan laut yang mahal loh. Khan dari 12 shio itu ngak ada yang binatang laut khan? Nah artinya shio Gloria yang paling keren diantara semuanya", demikian penjelasan polos Gloria yang disambut dengan tetesan air mata geli aku dan Tami.

Ooooh....... Gloria kamu benar2 membuat hidup keluargaku jadi penuh warna. Terima kasih Gloria atas keluguan dan kesederhanaan pikiranmu. Hidup jadi ringan denganmu.

Gloria itu rajin, lugu, berani, jujur dan penuh kasih sayang. Aku dan keluargaku sungguh beruntung diberi kesempatan mengenalnya. Sayangnya Gloria sudah tidak bekerja untukku lagi karena ibunya tidak rela Gloria bekerja terlalu jauh darinya. Alhasil setelah Gloria bekerja hampir setahun untukku, dia dipanggil pulang untuk bekerja di rumah pamannya yang hanya berjarak antara Jakarta Bandung. Terakhir kudengar berita tentangnya dari salah seorang tetangganya yang bekerja untuk mamaku. Gloria masih tanya bagaimana kabar keluargaku dan ia rupanya suka bercerita kalau kerja di kota itu enak. Dasar Gloria.....

Diceritakan oleh Ria
Diposting di http://omotusair.multiply.com/journal/item/73
Foto diambil di SINI

Pembantu Nyebelin!!!


Huh..lagi keseeell banget…punya pembantu koq ngga tau diri..

Ceritanya gini…2minggu lalu pembantu sakit…badannya panas..kirain mah demam biasa..eh koq 2 hari masih panas dingin juga..akhirnya inisiatif bawa ke lab test darah..takutnya demam berdarah..eh bener aja DB. Akhirnya ke dokter, karena nilai hbnya masih ngga terlalu drop banget akhirnya dokter suruh rawat di rumah aja, ngga usah masuk rumah sakit…liat 2 hari katanya, kalo masih drop baru bawa ke RS….



Tunggu 2 hari..masih aja turun terus…(ya gimana bisa naek,..kaga mo makan..dibikinin juice jambu merah kaga mo diminum..dikasih air angkak kaga mo minum juga)

Akhirnya dibawalah ke RS Royal Taruma…ya emang sich masukin ke kelas 3..tapi tetep..masih berbaik hati dimasukin ke rumah sakit bagus..bukan rumah sakit bangsal yang ngga ada AC…



Dirawat 4 hari..akhirnya pulang…dah segeran tuh..eh minta pulang kampung..mo istirahat katanya..padahal di rumah juga kaga kerja..udah panggil pembantu harian buat cuci baju, ada kacung yang nyapu ngepel..eh masih aja mo pulang kampung…oh iya pas lagi di RS juga sempet minta pulang kampung..lah..lah..lagi sakit ntar kalo sampe ada apa2 siapa yang mo tanggung jawab?bisa2 kita disalahin…



Pas mo pulang..ada perasaan kaga enak nich…huh dasar bokap bae banget..dia pulang semua gaji dikasih…tanpa mikir bisa aja tuh pembokat ngga balik…

Janjinya 1minggu balik lagi ke Jakarta…ehh…waktunya pulang ditelp bilangnya ngga balik lagi mo kawin….WHAATT????



Dasar emang yach…ternyata ada orang kaya gitu..ngga tau diri…udah diurusin pas sakit…udah ngabisin duit 3jt buat dia di rumah sakit…ngasih sisa gaji dia yang ampir 2 juta…eh..eehh..koq malah ngga balik….

Parahnya lagi nih…waktu di sms, masa dia bilang katanya dia juga ngga pernah minta dimasukin ke rumah sakit…aslii..nyakiittiiinn banget…ngomong kalo keluarga gw tuh masih ngga ada apa-apanya dibandingin orang kaya laen di Jakarta…buset dah..belagu amat tuh pembantu ya? Kaya kerjanya paling rapi aja….


Sumpah..ini ati lagi panas banget…kesel…sakit atii…aarrggghhh..kalo tuh orang berani balik lagi..bisa2 gw tampar bolak balik… (sadis yak..hihihi)


Ditulis oleh Olivia
Diposting di ttp://olie2rd.multiply.com/journal/item/6/Pembantu_emang_nyebelin
Gambar di sambil dari: sini

Mencuci Mobil


Selama 10 tahun mempunyai 'kerajaan sendiri', otomatis aku mempunyai pengalaman dengan beberapa dayang-dayang istana. Inilah pengalaman-pengalamanku bersama mereka:

Mencuci Mobil

"Mbok, bisa cuci mobil?"

Sambil menggangguk tanda mengerti sang Mbokpun bergegas mempersiapkan diri. Seember air, kain lap chamois, vacuum cleaner kecil, kemoceng, sabun khusus mobil, pengilap cat mobil dan lap buffernya pun disiapkan. Wah....not bad at all nih simbok rupanya punya pengalaman cuci mobil. Setelah beberapa saat kuperhatikan caranya mencuci mobil aku pun dengan tenang meninggalkannya bekerja sendiri --- tampaknya simbok cukup trampil dan rajin bahkan sampai bagian dalam rodapun disikatnya (mungkin dulunya pernah kerja di bagian pencucian mobil nih!). Lagi enak-enaknya baca buku, tiba-tiba si mbok menghampiriku sambil menangis. Nah lo!

"Ada apa Mbok? Mbok sakit?".

"maaf bu, mobil ibu penyok karena tadi tidak sengaja menabrak orang", jawabnya sedih bercucuran air mata sambil mengusap2 sikun kiriya.

"Nabrak orang? Koq bisa?", tanyaku bingung. Saat itu cuma aku dan simbok yang ada di rumah.

"Saya bu", jawab si Mbok di sela tangis yang tambah keras.

"emangnya kamu bisa nyetir mobil?", tanyaku mulai panik sambil menuju ke pelataran parkir. Dijawab langsung dengan gelengan kepala. "Loh jadi mobil itu bagaimana bisa nabrak orang?". Simbok diam saja namun air matanya sudah tumpah kemana2.

Begitu kulihat keadaan mobilku, tambah bingunglah diriku. Pada kap mobilnya terlihat cekungan penyok ke dalam. Katanya nabrak orang, ini mah bukan nabrak kelihatannya sih seperti kejatuhan sesuatu pada kap mobilku.

Lalu kutanya, "mana orang yang ditabrak tadi". Simbok menunjukan sikunya yang lecet. Entah kenapa saat itu aku mulai ingin tertawa namun aku tahan, dalam pikiranku ini pasti ulah simbok sendiri nih.

Well...... daripada marah2 atau malah ketawa2 sendiri mending nolong simbok dulu deh. Oh ya simbok ini udah berusia nyaris 60 tahun (dia adalah pembantuku yang paling tua usianya dibanding pembantu2ku lainnya makanya dipanggil si Mbok dan simbok ini hanya bisa berbicara bahasa Jawa pasar + Indonesia sekedarnya).

Setelah simbok tenang, aku lalu mulai secara perlahan2 merunut jalannya kejadian sebenarnya. Dan inilah pengakuannya (dengan logat Jawa medhoknya): "Tadi saya sudah selesai mencuci bu. Tinggal dikeringkan bekas2 airnya pakai kain lap kuning. Semua sudah saya keringkan tinggal atap mobilnya bu. Lalu saya coba lap lewat pintu samping tapi tidak sampai ke tengahnya. Jadi saya panjat dari depan. Tahu-tahunya karena licin saya jatuh kepleset sampai ke tanah. GuBrakkkkk........(lengkap dengan contoh gayanya). Untung kepala saya tidak kena pinggiran pot ibu yang ujungnya tajam itu". Setelah selesai ceritanya aku langsung tertawa terbahak-bahak --- antara kesal dan geli mendengar pengakuannya yang begitu polos dan fakta bahwa mobilku harus masuk bengkel karena peristiwa ini.

Coba lihat bagaimana pola pikir polos si Mbok. Dia jatuh terpleset di kap mobil tapi menurutnya dia adalah korban tabrak mobil. Lucunya lagi dia masih merasa beruntung karena kepalanya selamat dari pinggiran pot bunga. Yang juga bikin saya kagum adalah si Mbok itu rajin sekali, sampai2 di usianya yang nyaris 60 tahun itu beliau masih nekad mau memanjat sebuah mobil kijang yang termasuk cukup tinggi dibanding mobil sedan demi supaya tidak mengecewakan majikannya. Padahal aku tidak pernah memintanya untuk berbuat se ekstrim itu. Dalam pikiranku mencuci mobil adalah cuma menyiramkan mobil dengan air + sabun, bilas dan keringkan sebisanya dengan lap chamois. Keluarkan sampah dalam mobil. Kebut2 dengan kemoceng dan terakhir di vacuum cleaner udah cukup. Dasar simbok!

Simbok.....simbok..... biarlah ini jadi kenangan indah kita deh. Simbok udah tidak bekerja lagi denganku karena salah satu anaknya minta simbok untuk tinggal dengannya. Beliau bekerja untukku selama hampir setahun. Dan selama itu hidupku penuh dengan kehangatan tawanya, kesederhanaan pikirannya dan keinginannya yang kuat untuk tetap dapat berguna bagi siapapun juga. Semoga Tuhan selalu menjagamu Mbok! Thanks ya Mbok!!!

P.S.

Jadi ingat juga saat pertama kali aku mengambil simbok dari Yayasan. Beliau begitu bahagia kupilih saat itu karena rupanya simbok udah 6 bulan di Yayasan namun tidak ada seorangpun yang mau mempekerjakannya karena usianya. Kenapa aku memilihnya? Dia satu-satunya calon pembantu yang saat kutanya berapa usianya dengan mantap dan yakinnya dia mengaku masih berusia 37 tahun. Padahal mana ada usia 30 atau 40-an masih mengenakan sanggul + kebaya apalagi wajahnya udah menjeritkan usia sebenarnya? Saat itu aku langsung ketawa hebat terpingkal2 dan antara malu dan pandangan memohon simbok mencuri2 menatapku. Oooh.......simbok, saat itulah hatiku luluh. Apalagi karena keluarga cuma 3 orang, rumahpun kecil dan pekerjaan tidak terlalu berat maka aku memutuskan untuk memilihnya. Dan pilihanku tidak salah! Simbok rajin, jujur, tulus, lucu karena polos dan setia.


Ditulis oleh Ria
Diposting di http://omotusair.multiply.com/journal/item/71/Balada_pembantu-pembantuku_bagian_pertama

Foto dicomot dari sini

Sudah Tua Bukan Jaminan


Kalau ngomongin soal asdom sih (asdom lho bukan asdos, alias asisten domestik, alias PRT) bisa nggak habis-habis rasanya. Soalnya pengalamanku dengan asdom cukup banyak, dari sejak belum punya asdom sendiri (masih numpang asdom ortu maksudnya) sampai menikah dan merasakan punya asisten sendiri. Dari dulu aku sering melihat ibuku pusing gara-gara urusan asisten ini tanpa pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan mengalami kesulitan yang sama.

Aku bukan orang yang betah mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga untukku memiliki asisten jadi suatu keharusan sejak awal rumah tanggaku terbentuk. Apalagi saat itu aku masih bekerja kantoran. Tepat ketika aku akan menempati rumah baruku, ibuku mencarikan seorang asisten baru. Dari awal aku sudah menegaskan aku tidak mau punya asisten remaja atau usia puber karena asisten ini akan banyak waktu sendirian di rumah semasa aku dan suami bekerja. Daripada nanti pacaran terus macam-macam, aku minta yang sudah berumur. Asisten pertama yang aku dapat ini memang sudah cukup berumur, bahkan sudah punya cucu. Memang dia janda dan masih sangat kuat bekerja, tapi mengingat statusnya sudah “nenek-nenek” aku merasa lebih tenang meninggalkannya di rumah.

Sebagai majikan aku termasuk yang “nggak neko-neko”. Setiap hari aku pergi pagi dan pulang malam. Kalau berniat pulang cepat barulah aku minta ia memasak dengan menyebutkan menu apa saja yang harus dimasak. Jadi sehari-hari memang pekerjaannya tidak seberapa banyak, hanya beres-beres rumah lalu mencuci dan menyetrika sedikit baju.

Hanya saja dari awal aku merasa agak kurang sreg dengan asisten ini. Entah kenapa aku merasa ucapannya terlalu menjilat. Dan ia suka sekali mengobrol kesana-kemari. Tapi karena aku jarang di rumah aku tidak merasa terlalu terganggu. Tidak lama kemudian aku hamil dan ternyata letak plasentaku di belakang sehingga mudah sekali terguncang dan mengalami pendarahan. Akibatnya berkali-kali aku harus bedrest. Karena sering di rumah ini aku jadi melihat hal-hal yang sebelumnya tidak aku sadari. Mulai banyak pengaduan dari orang-orang bahwa si asistenku ini sedang naksir salah seorang penghuni rumah seberang yang kebetulan isinya memang pekerja laki-laki semua yang mengontrak bersama. Disitu aku baru ngeh kenapa gerangan makanan di rumahku habis melulu, malah seringkali belum sempat dimakan sudah menghilang. Suamiku juga mendapat pengaduan serupa dari tetangga laki-laki. Mengingat umurnya yang sudah jauh di atasku, aku memutuskan untuk meminta ibuku saja yang menegurnya baik-baik agar ia tidak tersinggung.

Tapi ternyata asistenku ini jenis orang yang bermuka dua. Begitu ditegur dia bersumpah-sumpah dan akhirnya berya-ya saja, tapi di belakang dia menyimpan dendam yang baru kuketahui kemudian. Semakin hari kulihat ia malah semakin bertingkah. Semakin genit dan lama-lama aku menangkap gejala dia mencoba mengambil hati suamiku. Asli bukan paranoid. Pernah ketika aku lagi kepengin banget makan sayur lodeh, aku minta dibuatkan sayur lodeh dan ayam. Namanya orang hamil, itu makanan sudah terbayang-bayang sejak dari kantor. Begitu sampai rumah aku buru-buru ke meja makan dan ternyata dia malah masak pepes tahu! Begitu aku tanyakan kenapa dia tidak memasak makanan yang aku pesan, dia bilang sambil tersenyum-senyum genit bahwa itu kan kesukaan suamiku!

Lalu aku melahirkan dan tinggal dulu di rumah orangtua yang kebetulan cukup dekat dari rumahku sampai betul-betul sehat pasca operasi. Aku mengambil lagi seorang asisten khusus untuk mengurusi peralatan bayi supaya asisten yang lama tidak terlalu berat kerjanya. Sesekali aku meminta tolong ibuku untuk menengok rumahku. Setiap kali pulang dari rumahku ibuku pasti marah, katanya asistenku semakin ngaco. Rumah berantakan terus. Dan asistenku itu pergi-pergi melulu. Lalu aku suruh asistenku itu membantu saja di rumah ibuku setelah membereskan rumah, toh di rumahku tidak ada pekerjaan apa-apa lagi. Setiap hari dia datang siang, dan di rumah ibuku pekerjaannya juga tidak beres-beres, malah ribut terus dengan asisten baruku dan asisten ibuku.

Aku masih bersabar. Aku belajar dari ibuku untuk tidak terlalu menuntut kesempurnaan dari seorang asisten. Manusia memang tidak ada yang sempurna, jadi aku masih memberi dia kesempatan setelah menegurnya beberapa kali agar dia berubah.

Bahkan ketika aku menangkap basah dia mengutil uang belanjaan dan membohongi aku dengan membeli air isi ulang tapi melaporkan bahwa yang dibelinya adalah air galon AQUA, aku masih memaafkannya. Aku mengetahuinya dari saudaraku yang juga tetanggaku. Aku menegur dia baik-baik dan memintanya jangan mengulangi lagi karena dia mempertaruhkan kesehatan orang serumah.

Kesabaranku habis ketika suatu hari tetangga-tetangga dekatku, termasuk saudaraku, memberitahuku bahwa asistenku itu seperti ‘ular’. Di hadapan kita dia menjilat-jilat sampai memuji padahal di belakang dia menjelek-jelekkan kita habis-habisan. Kesukaannya berkunjung ke tetangga, bergosip entah apa. Dia bicara pada orang-orang bahwa aku ini perempuan pemalas yang tidak pernah mau membantu dia bekerja. Mengingat aku bekerja di kantor dari pagi sampai malam, hamil pula, pendarahan terus pula, menurutku yang bodoh adalah orang yang percaya begitu saja dengan omongannya. Padahal setiap akhir minggu aku yang memasak karena sebenarnya dia tidak begitu bisa memasak. Kalau hanya ‘ngerasani’ aku sih aku masih bisa berlapang dada, tapi yang membuat aku meledak adalah dia menghina dan menjelek-jelekkan ibuku pada orang-orang karena ibuku sering menegurnya. Ibuku beginilah begitulah...Saat itu aku memutuskan bahwa dia sudah terlalu banyak diberi kesempatan dan tidak juga berubah. Maka aku langsung menelpon ibuku dan meminta dia dipulangkan saja.

Ibuku marah besar ketika tahu alasan aku memutuskan untuk memberhentikan asisten itu. Begitu tahu akan diberhentikan, asistenku itu langsung menangis-nangis meminta maaf dan bersumpah-sumpah ia tidak bicara ini itu. Namanya sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak akan percaya, aku sudah nggak bisa lagi mempercayai omongannya. Dan aku tahu saat itu memang dia berbohong. Akhirnya dia dipulangkan juga. Begitu dia dipulangkan semakin banyaklah keluar omongan-omongan orang bahwa selama ini dia memang begini-begitu. Ah, kenapa nggak dari dulu semua itu disampaikan padaku? Kan bisa mencegah hal-hal yang lebih buruk. Tapi mungkin memang skenario Allah harus begitu agar aku bisa mengambil ibrah.

Dari peristiwa dengan asisten pertamaku ini aku belajar satu hal penting dalam memilih asisten: “Nenek-nenek” tidak berarti pasti tahan godaan pria!

ditulis oleh Tria Barmawi
diposting di: http://triabarmawi.multiply.com/journal/item/98
gambar dicomot dari: sini