Rabu, 16 Juli 2008

Mencuci Mobil


Selama 10 tahun mempunyai 'kerajaan sendiri', otomatis aku mempunyai pengalaman dengan beberapa dayang-dayang istana. Inilah pengalaman-pengalamanku bersama mereka:

Mencuci Mobil

"Mbok, bisa cuci mobil?"

Sambil menggangguk tanda mengerti sang Mbokpun bergegas mempersiapkan diri. Seember air, kain lap chamois, vacuum cleaner kecil, kemoceng, sabun khusus mobil, pengilap cat mobil dan lap buffernya pun disiapkan. Wah....not bad at all nih simbok rupanya punya pengalaman cuci mobil. Setelah beberapa saat kuperhatikan caranya mencuci mobil aku pun dengan tenang meninggalkannya bekerja sendiri --- tampaknya simbok cukup trampil dan rajin bahkan sampai bagian dalam rodapun disikatnya (mungkin dulunya pernah kerja di bagian pencucian mobil nih!). Lagi enak-enaknya baca buku, tiba-tiba si mbok menghampiriku sambil menangis. Nah lo!

"Ada apa Mbok? Mbok sakit?".

"maaf bu, mobil ibu penyok karena tadi tidak sengaja menabrak orang", jawabnya sedih bercucuran air mata sambil mengusap2 sikun kiriya.

"Nabrak orang? Koq bisa?", tanyaku bingung. Saat itu cuma aku dan simbok yang ada di rumah.

"Saya bu", jawab si Mbok di sela tangis yang tambah keras.

"emangnya kamu bisa nyetir mobil?", tanyaku mulai panik sambil menuju ke pelataran parkir. Dijawab langsung dengan gelengan kepala. "Loh jadi mobil itu bagaimana bisa nabrak orang?". Simbok diam saja namun air matanya sudah tumpah kemana2.

Begitu kulihat keadaan mobilku, tambah bingunglah diriku. Pada kap mobilnya terlihat cekungan penyok ke dalam. Katanya nabrak orang, ini mah bukan nabrak kelihatannya sih seperti kejatuhan sesuatu pada kap mobilku.

Lalu kutanya, "mana orang yang ditabrak tadi". Simbok menunjukan sikunya yang lecet. Entah kenapa saat itu aku mulai ingin tertawa namun aku tahan, dalam pikiranku ini pasti ulah simbok sendiri nih.

Well...... daripada marah2 atau malah ketawa2 sendiri mending nolong simbok dulu deh. Oh ya simbok ini udah berusia nyaris 60 tahun (dia adalah pembantuku yang paling tua usianya dibanding pembantu2ku lainnya makanya dipanggil si Mbok dan simbok ini hanya bisa berbicara bahasa Jawa pasar + Indonesia sekedarnya).

Setelah simbok tenang, aku lalu mulai secara perlahan2 merunut jalannya kejadian sebenarnya. Dan inilah pengakuannya (dengan logat Jawa medhoknya): "Tadi saya sudah selesai mencuci bu. Tinggal dikeringkan bekas2 airnya pakai kain lap kuning. Semua sudah saya keringkan tinggal atap mobilnya bu. Lalu saya coba lap lewat pintu samping tapi tidak sampai ke tengahnya. Jadi saya panjat dari depan. Tahu-tahunya karena licin saya jatuh kepleset sampai ke tanah. GuBrakkkkk........(lengkap dengan contoh gayanya). Untung kepala saya tidak kena pinggiran pot ibu yang ujungnya tajam itu". Setelah selesai ceritanya aku langsung tertawa terbahak-bahak --- antara kesal dan geli mendengar pengakuannya yang begitu polos dan fakta bahwa mobilku harus masuk bengkel karena peristiwa ini.

Coba lihat bagaimana pola pikir polos si Mbok. Dia jatuh terpleset di kap mobil tapi menurutnya dia adalah korban tabrak mobil. Lucunya lagi dia masih merasa beruntung karena kepalanya selamat dari pinggiran pot bunga. Yang juga bikin saya kagum adalah si Mbok itu rajin sekali, sampai2 di usianya yang nyaris 60 tahun itu beliau masih nekad mau memanjat sebuah mobil kijang yang termasuk cukup tinggi dibanding mobil sedan demi supaya tidak mengecewakan majikannya. Padahal aku tidak pernah memintanya untuk berbuat se ekstrim itu. Dalam pikiranku mencuci mobil adalah cuma menyiramkan mobil dengan air + sabun, bilas dan keringkan sebisanya dengan lap chamois. Keluarkan sampah dalam mobil. Kebut2 dengan kemoceng dan terakhir di vacuum cleaner udah cukup. Dasar simbok!

Simbok.....simbok..... biarlah ini jadi kenangan indah kita deh. Simbok udah tidak bekerja lagi denganku karena salah satu anaknya minta simbok untuk tinggal dengannya. Beliau bekerja untukku selama hampir setahun. Dan selama itu hidupku penuh dengan kehangatan tawanya, kesederhanaan pikirannya dan keinginannya yang kuat untuk tetap dapat berguna bagi siapapun juga. Semoga Tuhan selalu menjagamu Mbok! Thanks ya Mbok!!!

P.S.

Jadi ingat juga saat pertama kali aku mengambil simbok dari Yayasan. Beliau begitu bahagia kupilih saat itu karena rupanya simbok udah 6 bulan di Yayasan namun tidak ada seorangpun yang mau mempekerjakannya karena usianya. Kenapa aku memilihnya? Dia satu-satunya calon pembantu yang saat kutanya berapa usianya dengan mantap dan yakinnya dia mengaku masih berusia 37 tahun. Padahal mana ada usia 30 atau 40-an masih mengenakan sanggul + kebaya apalagi wajahnya udah menjeritkan usia sebenarnya? Saat itu aku langsung ketawa hebat terpingkal2 dan antara malu dan pandangan memohon simbok mencuri2 menatapku. Oooh.......simbok, saat itulah hatiku luluh. Apalagi karena keluarga cuma 3 orang, rumahpun kecil dan pekerjaan tidak terlalu berat maka aku memutuskan untuk memilihnya. Dan pilihanku tidak salah! Simbok rajin, jujur, tulus, lucu karena polos dan setia.


Ditulis oleh Ria
Diposting di http://omotusair.multiply.com/journal/item/71/Balada_pembantu-pembantuku_bagian_pertama

Foto dicomot dari sini

Tidak ada komentar: