Selasa, 16 September 2008

ASDOM + Narkoba (2)


Terima kasih buat teman2 yang sudah turut empati dan simpati dengan kasus Ilyan ini. Sebelum gue cerita tentang keadaan Ilyan sekarang ada baiknya gue cerita lagi mulai dari sambungan jurnal kemarin (ini buat catatan gue aja koq sekalian juga untuk memuaskan beberapa teman yang penasaran dengan akhir cerita si Ilyan ini).



Gue bener2 serba salah. Satu sisi niat gue mau nolong tapi setahu gue kredibilitas seorang pengguna (bukan eks pengguna loh ya!) narkoba itu patut dipertanyakan. Jadi walaupun si Ilyan udah bilang mau berhenti tapi yang tahu Ilyan serius dengan niatnya apa nggak ya cuma diri dia sendiri dan Tuhan. Untuk mengetes keseriusannya gue minta Hpnya (karena HP adalah sarana komunikasinya dengan sesama pemakai + bandarnya dan gue pengen memutus hubungannya dengan mereka) dan persediaan barang yang masih dia punya. Dengan berat hati (dan gue tahu bener kalau Ilyan ngak rela) si Ilyan menyerahkan Hpnya lengkap dengan 3 chip nomor kartunya. Wah....... udah seneng nih gue, apa artinya si Ilyan udah bener2 pengen berhenti. Waktu gue tanya persediaan barangnya, dia jawab, “Persediaannya sih udah habis, bu. Saya sudah terakhir pakai 2 minggu yang lalu, jadi saya rasa saya sudah sembuh”. HAH?!!! Cepat amat sembuhnya? Lagipula patokannya dia apa koq bisa bilang udah sembuh? Kadang gue berpikir, apa si Ilyan anggap gue gampang dikibulin atau jangan2 dia emang naif, gue bener2 ngak tahu. Lalu gue minta dia untuk berjanji akan rajin sholat dan berhenti pakai narkoba lagi, yang langsung diiyakan olehnya. Dan ditambah lagi gue ajak dia berdoa bersama setiap hari sesuai dengan kepercayaan masing2 untuk memohon kekuatan supaya bisa memutus rantai setan ini. Walaupun keadaan awal terlihat menjanjikan niat kesembuhan Ilyan namun at the end, akhirnya emang gue cuman dapat jawaban 50-50 tentang keseriusan si Ilyan.



Kecurigaan gue akhirnya terbukti, 2 hari kemudian si Ilyan gue ketemukan dalam keadaan berjongkok di tempat gelap sambil bengong2 sendirian (asli persis seperti ayam sakit tetelo). Seharian itu Ilyan berubah2 terus moodnya, kadang dia bisa mohon maaf karena malu dengan gue, kadang gue yang dimaki2 karena sok tahu mau ngatur kehidupannya. Bingung? Ya, jelas dong....... gue mana punya pengalaman ngurus korban narkoba, kalau cuman nanganin remaja putus cinta, kabur dari rumah, berantem dengan orang tua, selingkuh atau suami istri ngak cocok sih udah biasa, tapi kalau korban narkoba eng....ing....eng........ gue asli cuman ngandelin Tuhan dan insting doang. Ya udah, karena niat gue awalnya adalah menolong artinya gue musti bener2 nolong sampai sebatas kemampuan gue, mau si Ilyan sembuh apa tidak itu semua gue kembalikan ke Yang di Atas.



Langkah awal gue adalah mencari orang yang kompeten buat nolong ini anak. Karena jelas bukan kapasitasnya gue untuk menangani masalah ini. Anehnya, gue bisa tiba2 diingatkan kepada seorang sahabat keluarga, Recky, yang emang terjun dibidang penanggulangan korban narkotika. Begitu mendengar gue meminta tolong masalah narkoba, Recky langsung terbang ke rumah gue padahal baru saja pulang dari Malang (Bener2 salut gue ama bapak 2 anak ini dalam kegiatannya memberantas narkoba, padahal sebenernya bapak ini amat sangat super sibuk karena dia harus mengurus perusahaan jasa perparkiran, jasa sekuritinya, maintain hubungan dengan anak2 asuhnya dan keluarganya juga dong --- thanks ya Reck!).

Balik ke Ilyan, begitu tahu gue cari bantuan ke Recky, si Ilyan langsung bersikap defensif. Namun dasar Recky ngak ada matinya, dia bisa aja ‘masuk’ ke level pemikiran si Ilyan, yang langsung membuat si Ilyan jadi feel comfortable ke dia. Singkat cerita, Recky memantau perkembangan si Ilyan sambil mencari rumah detox yang murah namun baik buat Ilyan. Tahu ngak, rumah detox itu ternyata ngak ada yang murah. Semua hitungannya udah jutaan. Waktu gue denger harganya jut-jutan gue sempet pengen mundur aja karena sebenernya gue juga bukan orang kaya berkelimpahan materi apalagi Ilyan juga cuman pembokat doang oy! Tapi setelah gue pikir2, kasihan juga si Ilyan. Masak hanya orang kaya aja yang boleh sembuh! Lagipula, gue khan harus komit dong dengan niat awal gue masak gue mundur hanya karena gue musti mengeluarkan duit sekian juta? Ini khan nyawa orang jekk........ Duit hilang bisa dicari, nyawa hilang dimana carinya? Ya udah setelah gue berembuk dengan suamiku yang tercinta, akhirnya kita sepakat untuk menolong Ilyan walaupun artinya kita harus hidup lebih hemat lagi dan bekerja lebih keras lagi. Gue percaya, Tuhan pasti akan membukakan jalan buat umatNya yang mau bekerja demi kemuliaanNya (buktinya gue dikirimin si Recky waktu gue bingung menghadapi Ilyan, gue juga dapat suami yang baik dan penuh pengertian + keluarga gue selama ini baik2 saja walaupun Ilyan sudah 3 bulan bekerja buat gue. Amin).



Setelah seminggu Recky berhasil mendapatkan sebuah rumah detox yang cukup baik dan relatif murah untuk Ilyan. Ilyan kita titipkan di sebuah klinik yang namanya “rumah Kemang”. Sebenarnya ini bukan klinik khusus detox namun klinik ini menyediakan layanan detox. Harga selama Ilyan tinggal disana adalah hampir Rp. 4.000.000,- untuk waktu seminggu. Mahal? Ada lagi yang lebih mahal, di daerah Cilandak ada sebuah klinik detox khusus wanita harganya Rp. 10.000.000,- untuk 5 hari. Mungkin ada sih tempat lain yang lebih murah sayangnya gue ngak tahu dan Recky juga ngak tahu. So, whatever come first. Yang penting Ilyan harus diselamatkan dulu. Sang pemilik “rumah Kemang” untungnya adalah seorang ibu yang penuh kasih, gue diperbolehkan membayar dengan jalan mencicil. Thanks berat bu Ince.



Nah...........selama seminggu si Ilyan di rumah Kemang, gue dan laki gue bisa tidur nyenyak. Sebelumnya kita seperti orang yang hidup ketakutan mulu. Rumah tidak pernah ditinggal pergi oleh gue dan laki gue, si Rascha asli ngak boleh dipegang lagi sama Ilyan (waktu itu si Ilyan belum test darah, jadi kita belum tahu apakah si Ilyan bebas dari hepatitis ataupun HIV), pintu depan-samping-atas selalu gue kunci dan kuncinya gue yang pegang. Pokoknya gue ngak akan membiarkan si Ilyan kabur sebelum waktunya.



Setelah seminggu, gue ditelepon oleh rumah Kemang, yang menanyakan kelanjutan treatment Ilyan. Kelanjutan treatment? Langsung gue panik (soalnya artinya musti keluar biaya lagi dong). Lagi2 untung ada Recky dan ibu Ince. Ibu Ince menawarkan solusi untuk menitipkan Ilyan ke Cikarang. Disana ada pak Hj. Endang yang sudah pernah merawat beberapa anak korban narkoba dengan biaya seadanya semampunya. Dan menurut ibu Ince, hasilnya juga cukup baik. Aneh sekali...........proses Ilyan ke rumah rehab (yang ternyata adalah sebuah pesantren --- walaupun pak Haji ngak mau bilang itu pesantren) ternyata berjalan mulus. Langsung hari itu juga si Ilyan dijemput ke Cikarang oleh salah seorang santrinya pak Hj. Endang, Yanto (yang ternyata adalah anak asuhan rumah Kemang, korban narkoba, yang berhasil sembuh dan sekarang menjadi tangan kanan pak Hj. Endang). Puji Tuhan!!!



So........ sekarang Ilyan ada di Cikarang. Di Cikarang, pak Hj. Endang selalu mengajak Ilyan untuk bersholat dan membicarakan pendalaman agama. Walaupun menurut Yanto, Ilyan masih belum kerasan, namun kata Yanto dulu sewaktu dia masih dalam posisi Ilyan dia juga melakukan hal yang sama. Jadi, gue rasa ini hanya fase yang harus dilalui Ilyan. Keadaan Ilyan baik2 saja walaupun menurut pemantauan Yanto, masih 50-50 kemauan sembuhnya. Sempat telpon ke rumah gue beberapa kali sambil merengek2 minta pulang namun gue terpaksa mengeraskan hati demi kebaikannya. Pokoknya selama pak Haji Endang merasa Ilyan belum stabil dan memberi izin, gue ikut keputusan pak Hj. Endang.



Well......... gue, laki gue, Recky, ibu Ince, Yanto dan keluarga pak Hj. Endang sudah dan akan selalu berusaha yang terbaik buat kesembuhan Ilyan namun jika memang tidak mau disembuhkan, gue yakin kita semua tidak akan sakit hati ataupun berharap banyak dengan pengorbanan kita selama ini. Yang penting we’ve done our best. Untuk itu gue mohon bantuan doa dari teman2 MP untuk mendoakan Ilyan dan anak2 yang kurang beruntung lainnya supaya mendapatkan kekuatan untuk bebas dari jeratan kuasa gelap narkoba. Mohon doa juga untuk orang2 yang hidupnya didedikasikan demi negara kita bebas dari narkoba.



Oh ya, untuk menjawab pertanyaan beberapa teman yang heran kenapa gue ngak ke polisi, ini nih jawabannya: Bayangkan, bagaimana seandainya Ilyan adalah saudaramu/ anakmu/ pasangan hidupmu yang selama ini kabur dari rumah, minta tolong tapi akhirnya malah dijebloskan ke penjara? Tidakkah Anda berharap mereka ada yang menolong dan mengembalikannya kepada keluarga Anda? Apalagi Ilyan sudah dengan jujur mengakui perbuatannya dan meminta tolong untuk dibantu untuk sembuh, apakah Anda tega menyerahkannya ke polisi untuk dihakimi dan diinterogasi? Yang penting khan menyelamatkan masa depannya dulu, jika memang akhirnya Ilyan sadar tentunya dia akan dengan senang hati membantu polisi tanpa harus melukai jiwanya (menurut Recky, ada beberapa anak korban narkoba, yang sudah sembuh, yang akhirnya menjadi informan polisi). Gue bukannya anti polisi loh, polisi itu PENTING sekali perannya dalam masalah narkoba hanya saja kita bisa membantu polisi tanpa harus menjadikan si korban sengsara khan? Aduh.......gue jadi ngelantur sendiri.



Intinya adalah jika kita masih bisa membantu maka membantulah, namun jika kita tidak sanggup ya cari bantuan lainnya. Namun jika tidak ada bantuan sama sekali maka cepat2 pecat karyawan semacam itu, jangan ditakut2i untuk dibawa ke polisi takutnya nanti malah dia tersinggung dan nanti malah bawa teman2nya untuk nyatronin rumah kita, hiiiiiiiiiiiii............serem.

Tidak ada komentar: