Rabu, 16 Juli 2008

Joyce!


Ini adalah kisah salah satu dayang2ku semasa aku masih remaja dulu. Namanya Wati tapi karena bekerja di Jakarta namanya jadi Joyce. Kenapa namanya jadi Joyce? Begini ini ceritanya......

Wati ini orangnya super duper lugu dan boleh dikatakan agak2 terlambat sedikit prosesor otaknya dalam mengolah data yang masuk. Sejak awal masuk kerja, si Wati sudah mengezoutkan kami sekeluarga dengan tingkahnya yang bisa bikin antara mau marah dan ketawa.

Tugas pertama:

Wati, sepatu dibersihkan ya...... Dengan gesit dan sigap Wati langsung masuk ke dalam area rak sepatu dan bersih2 dengan riangnya sambil berdendang kecil. Nyokap sih saat itu sempat menengok pekerjaannya dan karena dilihatnya Wati begitu tenggelam dalam pekerjaannya menyemir sepatu maka nyokap merasa si Wati ini pasti jago sekali mengurus sepatu. Dibiarkanlah si Wati bekerja dengan santai sampai tiba saatnya gue harus berangkat ngeles piano, setelah terbirit2 berganti pakaian (gue terkenal sebagai miss late saat itu), gue langsung pakai sandal tanpa sempat memperhatikan apa yang terjadi. Sesampai di mobil, gue merasa heran koq sandal hitam gue yang bahannya dari kulit balik terasa lepek dan terlihat berminyak. Begitu dipegang........astaga sandal gue habis dihajar dengan semir sepatu hitam milik bokap!!! Bayangkan teman2, sepatu yang bahannya dari kulit balik khan seharusnya dilap dengan lap lembab dan cukup dianginkan saja. Nah ini dia nih si Wati, ternyata semua sepatu DAN sendal dihajar habis dengan semir sepatu, tidak perduli apakah bahannya dari kulit ataupun plastik. Mau marah tapi koq ya geli mau ketawa tapi koq ya miris. Yah....begitulah balada si Wati di hari pertamanya kerja di rumahku.

Tugas kedua:

Wati sudah bekerja selama 6 bulan di rumah. "Wati, pergi ke gang sebelah ya..... panggil Wawan (supir bokap), 30 menit lagi siapkan mobil", perintah bokap gue. Wati langsung pergi ke gang sebelah yang cuma berada pas di belakang rumah gue untuk menyampaikan pesan bokap (zaman itu belum ada telpon genggam). 10 menit berlalu sampai 30 menit (biasanya bolak balik dari gang rumah gue ke gang sebelah cuma 5 menit doang), ditunggu2 si Wati koq ngak pulang2? Baru saja salah satu dayang senior rumahku yang namanya Mak Pon (ini asli orangnya galak dan disiplin) mau menyusul, tiba2 dari ujung gang terlihat pak Wawan menuntun si Wati yang sedang menangis sesengukan. Gemparlah seluruh rumah, dikiranya si Wati ditabrak motor atau mau diculik orang. Ngak tahunya......."Ini si Wati tadi aku lihat lagi nangis pas di depan gang VII (rumahku gang V tempat pak Wawan nongkrong gang IV), aku kira dia disuruh nyonya beli telor di gang VII tapi terus diganggu anak iseng. Yah, aku hampiri dia malah nangisnya makin kencang. Aku juga tidak tahu kenapa bisa begini?", kata pak Wawan ikutan bingung. Setelah segelas teh manis hangat dan bujuk rayu kata2 yang menenangkan si Wati akhirnya bisa berhenti menangis. Ini jawabannya, "Maaf bu, tadi saya nyasar". Koq bisa nyasar? khan setiap hari kamu lewat situ?", tanya nyokap. "Habis tidak ada tukang bajajnya, jadi Wati tidak tahu musti belok dimana", jawab Wati dengan lugunya. Gubrak!!! Nyaris semuanya terpelanting karena menahan perasaan antara geregetan, geli nahan ketawa, takjub (koq bisa2nya ada orang nyasar padahal dalam sehari 3-5X si Wati ke gang IV untuk manggil pak Wawan dan tukang bajaj yang dimaksud rupanya adalah pangkalan bajaj, yang kebetulan sedang kosong hari itu) campur lega. Oalah.......Wati!!! Bisa2nya nyasar sampai ke gang VII? Bener2 deh ini anak! Nyokap tadinya sempat curiga dengan Wati, jangan2 dia janjian dengan temannya di sana, tapi kecurigaan itu langsung dibantah pak Wawan yang rupanya dari awal sudah memperhatikan Wati sejak si Wati memanggilnya dari gang IV. Menurut pak Wawan, Wati itu dari tadi kelihatannya memang bolak balik antara gang IV sampai gang VIII, tapi karena pak Wawan berpikir si Wati memang lagi disuruh si Nyokap untuk nunggu atau nyari tukang sayur keliling maka pak Wawan diam saja sampai si Watinya nangis sendiri di gang VII. Setelah beberapa hari kemudian gue tanya lagi, kenapa si Wati udah tahu nyasar tidak balik aja ke tempatnya pak Wawan. Jawab Wati, aku juga lupa dimana tempatnya pak Wawan. Matilah awak...... mendengar jawaban mengharubirukan kalbu macam itu! Aduh pokoknya si Wati ini orangnya panikan dan sekali panik otaknya langsung hang.

Karena tingkah polahnya yang super duper bikin perasaan antara rindu dendam, haru biru, pap pap cuwaououwouw nyaris setiap harinya maka gue mendaulatkan dia dengan nama kehormatan Joyce. Dengan nama Joyce diharapkan Wati mampu menyebarkan keceriaan dalam hidup setiap manusia yang ditemuinya. Nama itu ternyata TEPAT sekali! Joyce benar2 jaminan mutu di kala hidup terasa suntuk. Ada Joyce pasti ada tawa. Wati juga rupanya senang dengan nama itu (mungkin dipikirnya supaya mirip artis sexy Joyce Erna zaman dulu, hehehehe) ah....pokoknya cocoklah!

Oh ya.....saat Joyce mulai kerja usianya baru menginjak 16 tahun (saat itu gue masih 14 tahun). Suatu hari, saat itu Joyce sudah berusia 18 tahun, tiba2 dia ketahuan masih suka ngompol saat tidur. Waduh saat itu jahilnya gue langsung kumat, si Joyce gue godain (dikitikin) sampai akhirnya dia ketawa dan ngompol lagi di celana. Sejak saat itu, si Joyce tidak diperbolehkan ketawa sampai geli sama nyokap karena biasanya pasti akan ngompol setelahnya. Tapi nyokap tidak berdaya karena gue dengan cerdiknya bisa mengakali si Joyce untuk tertawa tergeli2 sampai ngompol berkali2 tanpa sentuhan fisik (nah.....rupanya disitulah bakat gue sebagai tukang bercanda dan tukang ngocol diasah). Pokoknya si Joyce ini jadi bulan2an gue dah sampai akhir gue lulus SMA!

Si Joyce tidak pernah marah apalagi tersinggung karena dikerjain sama gue dan adik gue. Walaupun gue dan adik gue sama2 jahil tapi kita tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap Joyce apalagi sampai merendahkan martabatnya sebagai manusia. Di mata kami si Joyce adalah teman, saudara dan tolok ukur candaan kami. Kalau si Joyce bisa ngompol artinya candaan atau kekonyolan kami pasti TOP punyalah! Besoknya langsung dipraktekan ke sekolah, hehehehehe................

Joyce bekerja cukup lama. 9 tahun lamanya ia bekerja untuk keluarga gue. Sampai sekarang tali silaturrahmi diantara kita masih ada. Setiap Lebaran pasti si Joyce main ke Jakarta untuk bertemu kami sekeluarga dengan keempat anaknya. Joyce oh....Joyce.... kenangannya terlalu dogol untuk dilupakan.

Kekonyolan2 si Joyce:


* Menabrak benda yang sama selama bertahun2, padahal benda itu tidak pernah berubah tempat dan selama ini tidak pernah pula ada yang pernah menabraknya apalagi sampai berkali2. Benda itu adalah METERAN LISTRIK rumah gue. Padahal tempatnya cukup tinggi tapi anehnya si Joyce hobby bener menjedutkan kepalanya pada sisi meteran listrik itu.

* Pergi ke pasar dengan pak Wawan tapi pulangnya sendirian sambil berjalan kaki dan nentengin beberapa tas plastik belanjaan dari pasar. Padahal pasarnya lumayan jauh (dari Pasar Petojo sampai ke bawah jembatan Tomang jek! --- lumayan bikin jari kaki jadi jempolan semua). Ketika ditanya, kenapa pulang sendirian. Dia menjawab karena mobilnya tidak ada di tempat parkir seperti biasanya, maka Joyce pikir jangan2 pak Wawan meninggalkannya untuk pulang sendirian. Tinggallah pak Wawan menunggu kayak orang gila di pasar sampai sore menunggu Godot eh....Joyce yang udah enak2an di rumah sambil memijit kakinya yang pegal2. Nyokap baru tahu bahwa pak Wawan masih di pasar setelah pak Wawan menelepon dari pasar. Coba.....mau marah gimana terhadap hantu blau ini. Si Joyce pikir tempat parkiran itu khusus punya pak Wawan, jadi kalau pak Wawan ngak di tempat artinya pak Wawan pasti udah pulang. Padahal pak Wawan cuma parkir satu baris di belakang barisan yang biasa didapatnya, mungkin hari itu parkirannya penuh. Dasar Joyce kacau!!!

Karena semua kehangatan dan kedogolan Joyce, kita sekeluarga jadi jatuh cinta pada anak itu, terutama si nyokap. Buat nyokap, si Joyce itu pembantu idamannya. Tidak perlu terlalu pintar tapi yang penting mau bekerja rajin dan mau diajari. Itu aja! Makanya sepeninggalan Joyce, si nyokap kadang suka latah manggil semua dayang2 barunya dengan nama Joyce.

ditulis oleh Ria Sutomo
diposting di http://omotusair.multiply.com/journal/item/82/Balada_pembantu-pembantuku_bagian_ketiga
foto nyomot di SINI

Tidak ada komentar: