Kamis, 17 Juli 2008

Asisten ...oh ... Asisten


Buat para ibu-ibu yang bekerja diluar rumah, pasti dech yang namanya asisten rumahtangga itu jadi masalah yang mulek terus
Dulu waktu baru 7 bulan menikah, aku memutuskan buat nyari asisten. Sebenarnya sih pekerjaannya nyaris gak ada.
Yang masak ya..aku..., dia nyuci juga 2 hari sekali dan nyetrika 1 minggu sekali, maklum dirumah baru berdua suami aja.
Keberadaannya memang cuma untuk jaga rumah disiang hari...
Eh, entah emang belum pengalaman punya asisten, 1 bulan dia kerja dirumah telpon rumahku jebol Rp.4,5 juta !
Dia ternyata sering telpon ke 'dokter suara' dan sepertinya gak tau kalo' bayar tlp itu mahal...ampun dech !

Cukup sebulan dia kerja, dan dia minta berhenti sendiri. Percuma juga minta ganti sama dia, mau kerja berapa tahun ?!

Asisten yang kedua adalah asisten yang kayaknya gak akan aku lupa seumur hidup. Dia lulusan pesantren.
Hmm...klo magrib dia mengaji, suaranya ... Masya Allah bagus sekali..., selain itu orangnya mau belajar. Dia minta ijin agar bisa kuliah Tafsir Quran di Pusdai sini. Katanya cuma dia yang pembantu , yang lainnya mahasiswa semua .
Dia ikut kami dari aku hamil hafidz 4 bulan sampai Raihan berumur 3 tahun , hampir 4 tahun !. Buku-buku tentang perkembangan anak dan bayi tamat dia baca, aku tidak perlu repot-repot menerangkan hal-hal tentang anak.
Namun justru karena dia mulai tahu cara mendidik anak yang benar membuat dia ingin pulang untuk mengasuh anaknya .
Anaknya kebetulan seumuran Hafidz. Dan dengan berat hati tentu saja, aku lepas dia

Beberapa asisten sesudah itu hanya bertahan 6 bulan sampai 1 tahun. Dan kemudian aku mendapat asisten yang lumayan juga bekerja sampai hampir 3, 5 tahun yang akhirnya pulang juga karena suaminya dikampung sudah tidak mengijinkan dia bekerja.

Setelah itu asistenku adalah seorang anak perempuan lulusan SMA di Bandung ini. Hmm..lebih tepatnya teman main Hafidz dan Raihan aja, karena aku juga gak tega mempekerjakannya lama-lama. Berkali-kali aku menyuruhnya melamar karena sayang
dengan ijasah SMA-nya itu. Akhirnya dia bisa bekerja di sebuah Hypermart di Bandung.

Terakhir sekitar 7 bulan yang lalu, asisten baruku seorang gadis yang hmmm...tiap malam nangis mau pulang karena kangen neneknya !
Berhubung sudah pengalaman nih , aku kasih pengertian tentang pentingnya kerja keras, tekad dll.
Eh, akhirnya dia betah sekali kerja dirumah...
Sedang betah-betahnya dirumah, eh..bibinya menelpon dan mengabarkan neneknya yang sakit berat. Akhirnya terpaksa kulepas juga
dia pulang..., hmm...memang orangnya melankolis, waktu pamit ke Raihan-pun dia nangis

Tinggallah aku yang kelabakan dirumah...
Baru melahirkan dan masa cuti sudah hampir abis eh...si asisten pulang...
Ya..sudah dilakoni aja dan tebak siapa yang jadi pahlawan ??
Hafidz ..
Hmm..dia dengan sabar mengayun-ngayun kereta bayi Faiz saat aku menyetrika...
Dia dengan sabar mengambilkan popok dan peralatan lain saat aku teriak-teriak minta diambilkan..padahal saat itu dia sedang asyik
bermain dengan Raihan...
Hmm...kata siapa nih anak laki-laki tidak pengertian...., ternyata si sulung benar-benar my hero dech....

Nah, dari pengalaman punya berbagai macam asisten, aku dapat menyimpulkan nih
1. Sebenarnya tidak begitu pengaruh pendidikan terakhir seorang asisten tapi yang penting dia cerdas atau tidak (ini kan tidak berbanding lurus dengan pendidikan tertinggi kan ).
2. Pandangan pertama itu ternyata sering tepat, kalau saat pandangan pertama kita-nya sudah srek biasanya memang akan cocok.
3. Punya asisten ilmunya harus pinter tarik ulur, ada saatnya kita begitu permisif dengan kesalahannya tapi ada saatnya kita bertindak tegas.
4. Jadikan asisten itu benar-benar partner kerja bukan pembantu, karena disadari atau tidak memang posisinya sama-sama butuh.
5. Kalau bisa, jangan beda-bedakan dia dalam soal makanan dengan kita karena dengan begitu dia merasa di-aku.
6. Pada saat-saat luang, boleh dech kita beri dia pandangan, nasihat dan wawasan sehingga ada nilai tambah bagi dia dengan bekerja pada kita.
7. Dari awal bekerja, sudah kita tanamkan prinsip bahwa yang paling utama bagi kita adalah KEJUJURAN. Jelaskan bahwa kita bisa mentolerir apapun kesalahannya selama dia jujur dan berusaha tidak mengulangi.
8. Dari awal tanamkan padanya bahwa dia bekerja,dimana dalam bekerja ada hak dan kewajiban. Jelaskan bahwa kita-pun dikantor posisinya bekerja dimana ada hak dan kewajiban pula.
9. Sekali-kali mintalah pendapatnya kalau mau mengambil keputusan, dan kalau memang baik kita bisa lakukan pendapatnya itu.
10. Terakhir, untuk kita sendiri tanamkan bahwa seorang asisten pasti punya kesalahan, selama kita dapat menerima kesalahannya, maka jangan
berfikir untuk menggantinya karena kita toh tidak akan dapat seorang asisten yang sempurna.

Nah, selama ini aku selalu bersikap seperti itu dan Alhamdulillah asisten-asisten yang pernah bekerja denganku selalu berakhir dengan baik dan
rata-rata bekerja cukup lama. Memang sih kadang-kadang ada juga yang begitu nyebelin. Yah, seperti poin 10 tadi, kalau kita tidak bisa terima
tinggal dipulangkan secara baik-baik sebelum kesalahannya merusak mood kita sepanjang hari...
Selamat berburu asisten ..hmm...aku juga nunggu lebaran nih, akankah asistenku bisa kembali atau tidak ?!


ditulis oleh Yenny. S
diposting di: http://yennys.multiply.com/journal/item/75
foto ngambil di google.com

Tidak ada komentar: